About Andda

Foto saya
Surabaya, East Java, Indonesia
I'm an ordinary female with great passion. I'm psychologist wannabe soon, and also stars, shoes, travelling, rainbow-lovers... Just send me via email, tell ur problems, n' i'll help u, inshaallah. :) I'm chocomilk, dragonfruit n' yoghurt lovers, gadget freak, n' books lover.
Free Music Online
Free Music Online

free music at divine-music.info

Minggu, 03 Maret 2013

HarGuNas : Refleksi Guru, Sertifikasi dan Pendidikan Karakter


          “Education is not a preparation of life, but it’s life itself”  (John Dewey)
 
Guru. Istilah terhadap sosok yang akrab kita dengar sejak pada bangku sekolah tingkat pertama, yakni Taman Kanak-Kanak (TK) atau bahkan sekarang lagi musim tren program PAUD dan play group. Sejak dini, anak sudah mulai dikenalkan sosok “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” itu. Doktirinisasi mengenai sosok “agung” tersebut melalui internalisasi sejak perkembangan kognisi anak belum sempurna hingga bisa berpikir abstrak pada masa remaja bahkan dewasa. Akan tetapi, pernahkah kita berpikir tentang bagaimana seseorang bisa disebut sebagai guru?
            Sungguh ironis apabila melihat fakta sekarang, para guru berlomba mengejar target pengajaran hanya untuk naik pangkat semata, contoh konkretnya adalah sertifikasi guru mau pun dosen, sampai-sampai kewajiban utama seperti mengajar menjadi terbengkalai. Memang benar, jika kesejahteraan para pendidik kita harus diperhatikan, akan tetapi tahu kondisi dan manajemen waktu itu akan diuji. Yang dimaksudkan di sini yaitu tahu kondisi dimana waktu mengajar, dan waktu mengurus kesejahteraan diri, manajemen waktu dalam hal memenuhi hak dan kewajiban juga perlu dipertimbangkan. Itu dari segi pribadi para pendidik kita.
Setidaknya, ada hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara guru dan peserta didik untuk mewujudkan tujuan pendidikan itu sendiri, terutama tujuan pendidikan nasional, mungkin yang sudah biasa didengar oleh kalangan pendidikan, dalam UUD 1945 (versi Amendemen), Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, "Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang." Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, "Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia."
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, yakni: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Di dalam proses pendidikan ada perilaku belajar yang apabila disertai dengan kesadaran, maka akan tercipta masyarakat belajar dibarengi dengan pengondisian secara sengaja di lingkungan itu.
            Jadi, pada intinya tujuan pendidikan nasional yakni menjadikan manusia yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan YME, artinya tujuan pendidikan nasional tidak jauh berbeda dengan kandungan yang ada dalam Pancasila. Dengan tujuan pendidikan nasional itu akan mempengaruhi karakter bangsa, yang dimaksudkan karakter bangsa merupakan ciri khas sifat dan sikap yang termanifestasi dalam perilaku sehari-hari rakyat bangsa Indonesia. Dari karakter bangsa itu akan melahirkan generasi-generasi yang sadar akan mendalami bangsanya sendiri, salah satu caranya adalah dengan belajar dimana pun dan kapan pun, serta bersumber atau berguru pada siapa pun. Karena, yang dikatakan sebagai guru bukan berarti harus memiliki nomor anggota atau terdaftar jadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) saja, semua orang bisa menjadi guru apabila mau mengambil pelajaran dari setiap kehidupan.
            Itulah yang termaknai dariperingatan hari guru nasional, setiap tanggal 25 November. Walau pun Hari Guru Nasional bukan hari libur resmi kenegaraan, akan tetapi penting diperingati yang bukan sekedar upacara kedinasan atau memberikan penghargaan formalistik di instansi-instansi pendidikan atau kenegaraan atas jasa para guru. akan tetapi, lebih baik dimaknai sebagai hari untuk melangkah dan memantapkan diri menjadi pribadi yang lebih baik, kompeten, berkualitas, kapabel, dalam mencerdaskan kehidupan anak bangsa.
            Langkah awal yang konkret adalah mengagendakan pendidikan karakter, tidak hanya bagi peserta didik, akan tetapi juga bagi para guru atau pendidik, karena para guru atau pendidik juga termasuk sebagai anak bangsa. Pendidikan karakter, banyak dikaitkan dengan pengertian budi pekerti, akhlak mulia, moral, dan bahkan dengan kecerdasan ganda (multiple intelligence).
       Para ahli pendidikan karakter membagi beberapa pilar yang ada dalam pendidikan karakter, yakni responsibility (tanggung jawab), respect (rasa hormat), fairness (keadilan), courage (keberanian), honesty (kejujuran), citizenship (kewarganegaraan), self-discipline (disiplin diri), caring (peduli), dan perseverance (ketekunan). Dari pilar-pilar tersebut bisa ditanamkan kembali dalam pendidikan karakter menurut nilai-nilai ketimuran bangsa kita, dan dimantapkan dengan nilai-nilai khas Islam sebagai penguat pondasi karakter bangsa.
    Dari proses penanaman dan pemantapan karakter bangsa itu ada proses belajar di dalamnya, keberhasilan perilaku belajar ditunjukkan melalui perubahan kognitif dan sikap bahkan tindakan dalam berkehidupan sehari-hari, termasuk akan selalu ketagihan mencari ilmu di mana pun dan kapan pun. Dari hasrat keinginan tersebut, pribadi berkarakter itu akan mengajak pribadi lain untuk berperilaku sama dengannya, sehingga akan tercipta masyarakat belajar, dengan pengondisian sengaja tersebut.
9_pillars.jpg
Sumber gambar : www.google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Butuh banget masukan dan komentar yg membangun, trims yaaa... :)