About Andda

Foto saya
Surabaya, East Java, Indonesia
I'm an ordinary female with great passion. I'm psychologist wannabe soon, and also stars, shoes, travelling, rainbow-lovers... Just send me via email, tell ur problems, n' i'll help u, inshaallah. :) I'm chocomilk, dragonfruit n' yoghurt lovers, gadget freak, n' books lover.
Free Music Online
Free Music Online

free music at divine-music.info

Kamis, 07 Maret 2013

REVIEW FILM “ANALIZE THAT” (Psikodiagnostik III)



Pendahuluan
Gejala-gejala kejiwaan mungkin merupakan hal yang sangat penting dibahas di dalam mata kuliah Psikologi, hal ini untuk mengetahui kepribadian atau tingkah laku abnormal manusia.
Film Analyze That, kita bisa mengetahui gejala-gejala kejiwaan dan abnormalitas manusia. Apabila kita mereview film tersebut kita akan memahami suatu gejala yang dimiliki manusia. Karena itu review ini dibuat, untuk memahami apa saja yang di perbuat seorang psikiater yang mengobati pasiennya yang mengalami gangguan kejiwaan. Dan beberapa tes-tes yang digunakan untuk memahami gejala kejiwaan yang di miliki pasiennya.
Beberapa gejala abnormalitas dan gangguan kejiwaan, yaitu:
1)      Gangguan fungsional
2)      Gangguan kesadaran
3)      Gangguan pengamatan
4)      Depersonalisasi, derealisasi dan gangguan psikotis terhadap Kesadaran AKU/Ego
5)      Gangguan berfikir
6)      Gangguan pada intelegrasi
7)      Gangguan pada ingatan
8)      Gangguan perasaan
9)      Sindrom-sindrom dan beberapa fenomena penyakit jiwa
10)  Dekompensasi psikotis
11)  Psikoterap


 REVIEW FILM

Mob boss Paul Vitti (ROBERT DE NIRO) ternyata sedang mengalami tingkat stress yang sangat tinggi hingga ia pun harus dirawat di rumah sakit jiwa. Seorang bos mafia yang seharusnya bertanggung jawab terhadap anak buahnya dan mengurus bisnisnya kini seperti memiliki dunia sendiri. Berbicara sendiri, tertawa, menangis tanpa diketahui penyebabnya. Hingga kemudian Ben Sobel (BILLY CRYSTAL), sang psychotherapist nya sejak awal pun mau tidak mau harus turun tangan untuk membantunya. FBI pun sangat membutuhkan informasi darinya mengenai bisnis yang dijalani Paul Vitti. Di sini kita bisa tertawa kocak dalam akting berlagak serius-nya Robert De Niro dan Billy Cristal,dan buat penggemar mob movie, film ini bisa dijadikan alternatif penyegaran.
Paul Vitti adalah seorang bos mafia yang telah masuk penjara. Tetapi pada saat Paul Vitti hampir keluar penjara, ada 2 mafia yang memiliki masalah dan mereka sangat tidak menyukai Paul Vitti apabila keluar dari penjara, karena mereka takut Vitti akan membantu salah satu pihak. Sehingga mafia tersebut mencoba untuk membunuh Paul Vitti, sebelum Paul Vitti keluar dari penjara. Hal tersebut membuat Paul Vitti depresi atas percobaan pembunuhan dia di dalam penjara, sehingga dia takut tinggal di penjara. Dia mencoba menghubungi psikiaternya yaitu Dr. Ben Sobel dan meminta pertolongan, tetapi dia mendapatkan respon negatif dari Dr. Sobel.
Dirumahnya Dr. Ben Sobel didatangi oleh FBI, FBI meminta Dr. Sobel untuk datang ke penjara untuk melihat kondisi Paul Vitti. Setelah Dr. Sobel datang ke penjara, dia melihat Vitti melakukan hal-hal yang aneh. Beberapa tes syaraf dan tes psikologi seperti tes rossack, TAT dan lain-lain hanya untuk mengetahui penyakit yang diderita oleh Vitti. Setelah melakukan tes tersebut, Dr. Ben Sobel menemui kepala FBI dan mengatakan bahwa Vitti menderita kegilaan sementara atau gangguan schizophrenia. Dr. Ben Sobel meminta agar Paul Vitti dikeluarkan dari penjara agar penyakitnya tidak menjadi parah, dan mendapatkan perawatan yang tepat agar dia bisa sembuh dari penyakitnya. Kepala FBI meminta Dr. Ben Sobel untuk merawat dan menangani Vitti secara langsung di rumahnya. Dr. Ben Sobel menolak, tetapi dengan bujukan Kepala FBI dia mau merawat Vitti di rumahnya.
Akhirnya Paul Vitti dibawa ke rumah Dr. Ben Sobel, ternyata Paul Vitti tidak mengalami gangguan kejiwaan, Vitti hanya berpura-pura mengalami gangguan kejiwaan, dia melakukan itu hanya untuk bisa keluar dari penjara dan bisa mendapatkan keamanan di rumah Dr. Sobel. Walaupun Paul Vitti tidak mengalami gangguan jiwa, Dr. Ben Sobel masih merawat Vitti dengan tujuan untuk merubah kepribadian Vitti menjadi lebih baik. Kemudian Dr. Ben Sobel melakukan analisa sejarah masa kecil Vitti, ini dilakukan untuk membantu Dr. Sobel merubah kepribadian Vitti. Setelah mengetahui sejarah masa kecil Vitti seperti cita-cita masa kecilnya, Dr. Sobel memberikan nasehat kepada Vitti bahwa ayah Vitti ingin menjadikan anaknya seorang pahlawan, bukan seperti ayahnya yang seorang mafia. Setelah mendengarkan perkataan dari Dr. Sobel, Vitti mau melakukan apa saja agar dia bisa menjadi orang baik. Dr. Sobel mencoba memberikan pekerjaan pada Vitti, tetapi Vitti cepat berhenti, karena dia merasa bahwa pekerjaan itu tidak cocok dengannya, karena sifat atau pikiran jahat dia timbul saat kerja.
Karena merasa tidak dapat berubah, Paul Vitti bermaksud tinggal di rumah Jelly, teman baiknya. Tetapi Vitti dilarang pindah oleh Dr. Sobel dan dia bertanya kenapa Vitti ingin pindah. Paul Vitti bercerita bahwa dia bermimpi buruk lagi, dimana Dr. Ben Sobel menjadi Sigmund Freud dan Paul Vitti menjadi anak berumur 16 tahun, dimana dia dikeroyok oleh beberapa raksasa, dia mencoba melawan raksasa tersebut. Tetapi pedang Vitti melemas. Dia bertanya tentang arti mimpi tersebut kepada Dr. Ben Sobel. Dr. Sobel menganalisis bahwa mimpi tersebut mempunyai arti bahwa Vitti mengalami gangguan di seksnya. Paul Vitti mengalami depresi berat yang menyebabkan dia selalu takut dengan keadaan, dengan alasan takut dibunuh. Dr. Ben Sobel memberi tahu kepada Vitti tentang seorang produser film yang ingin bertemu dengan Vitti. Setelah Vitti bertemu dengan produser film itu di restaurant, Vitti diserang oleh seseorang yang tidak dikenal yang ingin membunuh Vitti. Tapi Vitti selamat dan menculik orang yang ingin membunuh dia. Vitti bertanya pada orang tersebut siapa yang menyuruhnya untuk membunuh dia. Orang tersebut berkata bahwa Lou Si kunci yang menyuruhnya untuk membunuh dia.
Akhirnya Paul Vitti bekerja di dunia film, dia berencana untuk mencuri emas dan mencoba untuk menyelesaikan masalahnya dengan Lou biar dia tidak dibunuh lagi. Sewaktu Vitti memasang rencana Petti datang dan menawarkan Vitti untuk masuk ke kelompok mafia Petti. Tetapi Vitti menolaknya, Petti memberikan syarat padaVitti agar anak buahnya dimasukkan di dalam rencana Vitti, Vitti menyetujui syarat tersebut, setelah Petti pergi, Lou Si kunci datang. Lou menawarkan Vitti untuk masuk ke anggota mafianya, apabila Vitti menolak maka Vitti akan dibunuh, tetapi Vitti tetap menolak tawaran tersebut, Sehingga Lou berjanji akan membunuh Vitti.
Vitti meminta bantuan kepada Jelly untuk memanggil teman-teman mafianya, untuk membantu Vitti menjalankan rencana yang dibuat Vitti. Sewaktu dia mau menjalankan rencana tersebut Dr. Sobel datang. Dr. Sobel sangat tidak menyetujui rencana yang dibuat Vitti, tetapi Vitti tetap bersih keras untuk menjalankan rencana tersebut. Akhirnya Dr. Sobel terpaksa ikut, karena apabila dia tidak ikut maka dia akan dibunuh oleh anak buah Petti, karena dianggap sebagai mata-mata.
Sewaktu proses pencurian emas, Dr. Ben Sobel gelisah dan takut masuk penjara. Dr. Ben Sobel meminta Vitti menenangkan dia dengan cara yang sama saat Dr. Sobel menenangkan Vitti. Pada saat pencurian emas selesai, anak buah Petti menghianati Vitti. Dia bermaksud ingin mengambil semua emas yang telah dicuri Paul Vitti. Di saat tak terduga Dr. Ben Sobel marah, dan dia memukul anak buah Petti tersebut sampai babak belur. Setelah orang tersubut dipukul oleh Dr. Sobel, Vitti menaruh orang tersebut bersama temannya di mobil emas. Vitti bermaksud ingin orang itu bersama temannya dianggap sebagai pencuri emas itu oleh polisi dan menangkap orang itu bersama temannya.
Sebagian emas yang dicuri Vitti, diletakkan di dalam mobil boks dan mobil itu ditaruh di bagasi mobil Lou. Hal ini bertujuan agar Lou Si kunci dimasukkan penjara dengan alasan otak pencuri emas dengan bukti emas yang ada di dalam bagasi mobil Lou.
Setelah rencana itu selesai Paul Vitti mengajak Dr. Ben Sobel untuk mengadakan reuni, setelah Vitti bertemu dengan Dr. Sobel, Vitti berkata ingin meninggalkan kehidupannya di mafia dan mencoba membuka kehidupan baru. Dr. Sobel senang mendengarnya dan menyetujui rencana tersebut, mereka berpisah dan mencoba membuka kehidupan baru.

 Penekanan psikomovie dalam teknik wawancara
Berdasarkan psikomovie yang ditayangkan, titik tekan kita lebih pada wawancara yang ada di dalamnya. Wawancara yang terdapat dalam psikomovie tersebut yakni berupa wawancara tidak terstruktur atau tidak terpola. Ketidakstrukturan atau ketidakterpolaan wawancara tersebut terlihat dalam adegan yang hanya berkutat pada pertanyaan-pertanyaan yang bersifat bebas dan tidak terpola, dengan kata lain orang yang melakukan wawancara tersebut dengan bebas mengajukan berbagai pertanyaan-pertanyaan yang bersifat kondisional. Selain itu, pewawancara dalam psikomovie tersebut dikendalikan oleh narasumber atau obyek yang di wawancarai. Hal ini terlihat jelas dalam bentuk berbagai pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan kepada obyek yang diwawancarai. Pewawancara dalam hal ini yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan dimulai dari pertanyaan yang bisa dibilang bentuk pertanyaan yang sesuai kondisi subyek. Jelasnya pewawancara menanyakan semacam kegiatan yang pada intinya pertanyaan tersebut tidak terlalu menekankan pada aspek wawancara yang terstruktur. Berbagai pertanyaan yang muncul dalam dialog psikomovie tersebut semacam kegiatan apa yang akan subyek lakukan pada saat ini. Kemudian dari pada itu pewawancara juga mengajuka pertanyaan yang terkait dengan kesukaan dari subyek. Selanjutnya pertanyaan yang muncul dalam dilog psikomovie tersebut juga mengarah atau menuju pada pertanyaan siapa subyek. Sehingga dalam dialog psikomovie tersebut tidak berurutan dan sistematika yang digunakan oleh pewawancara tidak sama dengan metode wawancara yang terpola atau terstruktur. Sehingga terkadang pada akhirnya subyek dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara bersifat konsional. Tidak mengherankan pula jawaban subyek terkadang tidak sistematik atau tidak terstruktu dengan baik. Fakta lain yang membuktikan bahwsannya metode wawancara yang diterapkan dalam psikomovie tersebut bersifat tidak terpola atau tidak terstruktur karena pewawancara dalam hal ini dikendalikan oleh subyek yang diwawancarai. Sehingga fokus dari pewawancara sendiri tidak sesuai dengan keinginan yang menjadi harapan baginya.
            Dalam proses wawancara, seharusnya antara pewawancara dengan subyek yang akan dijadikan obyek wawancara harus ada jarak. Pengertian jarak dalam hal ini diartikan bahwa ada kejelasan atau karakteristik yang berebda antara pewawancara dengan calon yang akan diwawancara. Dalam hal ini pihak pewawancara harusnya yang mengatur ritme atau sistematika wawancara yang diterapkan. Dengan kata lain harus ada perbedaan-perbedaan yang sangat jelas antara pewawancara dengan subyek yang akan diwawancara. Akan tetapi hal yang demikian ini tidak terlihat atau bahkan pewawancara sendiri dikendalikan oleh pihk yang akan diwawancara. Kalaupun dalam kenyataan yang begini ini pihak yang dari subyek yang akan diwawancarai berhasil atau mampu mengendalikan pewawancara maka sudah barang tentu wawancara yang dilakukan akan berantakan karena lemahnya pewawancara sendiri dalam  menjalankan atau mengatur ritme wawancara yang ditentukan. Sehingga pada akhirnya nanti wawancara yang telah dilakukan akan tercermin dan terlihat jelas metode apa yang digunakan dalam proses wawancara.


LANDASAN TEORI

Post-power syndrome, adalah gejala yang terjadi di mana penderita hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya (karirnya, kecantikannya, ketampanannya, kecerdasannya, atau hal yang lain), dan seakan-akan tidak bisa memandang realita yang ada saat ini. Seperti Vitti yang merasa terganggu dengan masa lalunya sebagai bos mafia.
Bila seorang penderita post-power syndrome dapat menemukan aktualisasi diri yang baru, hal itu akan sangat menolong baginya. Seperti yang dilakukan Dr. Sobel untuk mencoba menghilangkan rasa takut dibunuh oleh anggota mafia dengan memberikan suatu pekerjaan.
Psikopat (pribadi sosiopatik, pribadi yang yang antisosial/dissosial), ialah bentuk kekalutan mental ditandai tidak adanya pengorganisasian dan pengintegrasian pribadi; orangnya tidak pernah bisa bertanggung jawab secara moral, selalu konflik dengan moral sosial dan hukum (karena sepanjang hayatnya dia hidup dalam lingkungan sosial yang abnormal dan immoral).
Vitti mempunyai sikap aneh; sering berbuat kasar, kurang ajar dan ganas buas terhadap siapapun, tanpa sesuatu sebab. Sikapnya selalu tidak menyenangkan orang lain dan menyakitkan hati. Sering bertingkah laku kriminil.
Vitti juga mempunyai gejala Psikoneurosa, adalah bentuk gangguan/kekacauan/penyakit fungsional pada sistem syaraf, mencakup pula desintegrasi sebagian dari kepribadian, khususnya terdapat berkurang atau tidak adanya kontak antara pribadi dengan sekitar, walaupun orangnya masih memiliki wawasan/insigth. Hal ini dapat dilihat dari tingkah laku Vitti seperti: 1) Ketakutan yang terus-menerus dan sering tidak rasional. 2) Ketidakkimbangan pribadi. 3) Konflik-konflik internal yang serius; khususnya yang sudah dimulai sejak kanak-kanak. 4) Kurang adanya usaha dan kemauan. 5) Lemahnya pertahanan-diri (memakai defence mechanism yang negatif). 6) Ada tekanan-tekanan sosial dan tekanan-tekanan kultural yang sangat kuat, sehingga menyebabkan mental brekdown.
Psikastenia merupakan tipe psikoneurosa yang ditandai oleh reaksi-reaksi kecemasan, dibarengi kompulsi, obsessi, dan ketegangan-ketegangan fobik (akibat fobia). Hal ini dapat dari tingkah laku Vitti seperti: 1) ketakutan-ketakutan yang abnormal dan tidak riil, 2) merasa dikejar-kejar, tidak tenang, merasa selalu terganggu, penuh ketegangan, seperti mau gila(kalau malam mendapat mimpi-mimpi yang menakutkan). 3) tingkah laku paksaan untuk berbuat sesuatu yang tidak bisa ditahan, 4) dibarengi perasaan-perasaan bersalah dan berdosa. Merasa tidak aman dan merasa selalu tidak mampu atau tidak bisa.

KESIMPULAN

Sehat dan sakit merupakan gejala universal, terjadi sepanjang sejarah manusia dan dikenal di semua kebudayaan. Hanya saja untuk merumuskan secara eksak tidak mungkin  dicapai. Sehat mengandung pengertian keadaan yang sempurna secara biopsikososial, lebih dari sekedar terbebas dari penyakit aau kecacatan. Sakit juga mengandung makna biopsikososial yang meliputi konsep disease (berdimensi biologis), illness (berdimensi psikologis) dan sickness (berdimensi sosiologis). Faktor subjektif dan kultural turut menentukan konsep sehat dan sakit.
Kesehatan pada prinsipnya berada pada rentangan yang kontinum, yaitu diantara titik yang benar-benar sakit dan titik benar-benar sehat. Kesehatan seseorang atau masyarakat ini dapat diupayakan ditingkatkan statusnya, dari yang kurang sehat menjadi lebih sehat, atau sebaliknya.
Orang dewasa merupakan kelompok usia yang perlu memperoleh perhatian dari berbagai bidang keilmuan. Sehubungan dengan peningkatan status gizi dan perawatan kesehatan, maka harapan hidup lebih lama dan dampaknya jumlah kalangan orang dewasa dan lansia proporsinya juga meningkat. Namun demukian, problem-problem kesehatan, khususnya kesehatan mental di kalangan mereka juga makin kompleks.
Sejalan dengan kondisi biopsikososial, khususnya di kalangan dewasa bahwa penurunan kemampuan organik, terjadinya kompensasi psikologis, dan penurunan dalam hubungan sosial, maka problem di bidang kesehatan mental tidak terelakkan. Hanya ssaja sering terjadi gangguan yang bersifat terselubung, yaitu tampak gangguan secara fisik, tetapi sebenarnya yang terjadi adalah gangguan psikis. Karena itu tidak mudah untuk mngetahui seberapa besar gangguan mental pada mereka ini.
Orang dewasa dan lanjut usia termasuk kelompok yang memiliki berbagai masalah dengan kesehatan mental. Orang dewasa, yaitu yang usianya di bawah 55 tahun, banyak mengalami masalah sehubungan dengan problem keluarga dan pekerjaan. Yang sangat banyak dihadapi oleh mereka adalah konflik-konflik keluarga, peran sosial keluarganya, pengasuhan anak, pertanggungjawaban sosial ekonomi keluarga, dan dunia kerja. Karena berbagai faktor yang dihadapi orang dewasa, mereka tidak terbebaskan dari berbagai problem mental. Justru banyak sekali gangguan-gangguan mental yang terjadi pada masa dewasa ini, misalnya gangguan kepribadian, psikotik karena penggunaan zat, skizofrenia, dan sebagainya. Prevalansi gangguan mental di kalangan orang dewasa berkisar antara 10-20%. Karena itu, problem kesehatan mental di kalangan mereka juga masalah besar di bidang kesehatan mental. Di kalangan orang lanjut usia, problem kesehatan mental juga perlu memperoleh perhatian. Karena terjadinya penurunan relasi sosial dan peran-peran sosial, dan kemungkinan adanya faktor genetik.
Sehubungan dengan berbagai kondisi mental itu, maka kalangan orang dewasa perlu memperoleh perhatian khusus dalam penanganan kesehatan mentalnya. Berbagai gangguan yang dihadapi mereka tidak cukup dilakukan pengobatan, tetapi harus ada usaha-usaha preventif, yang dilakukan berbasis pada masyarakat. Preventif itu untuk menghindari terjadinya resiko lebih buruk lagi di kalangan dewasa dalam hal ini sehubungan dengan kesehatan mentalnya. Preventif dilakukan dengan melibatkan banyak pihak, termasuk keluarganya sendiri.

Daftar Referensi :

Latipun. 2005. Kesehatan Mental Edisi Keempat. Malang. Universitas Muhammadiyah Malang Press.
Kartono, Kartini. 1989. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung. Mandar Maju.
Sunberg, D. Norman, dkk. 2007. Psikologi Klinis Edisi Keempat. Yogyakarta. Pustaka Belajar.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Butuh banget masukan dan komentar yg membangun, trims yaaa... :)