About Andda

Foto saya
Surabaya, East Java, Indonesia
I'm an ordinary female with great passion. I'm psychologist wannabe soon, and also stars, shoes, travelling, rainbow-lovers... Just send me via email, tell ur problems, n' i'll help u, inshaallah. :) I'm chocomilk, dragonfruit n' yoghurt lovers, gadget freak, n' books lover.
Free Music Online
Free Music Online

free music at divine-music.info

Rabu, 06 Maret 2013

Studi Kasus Retardasi Mental pada Anak



Latar Belakang    
 Setiap orang tua dituntut untuk memahami atau memperhatikan perkembangan Psikologi Anaknya karena hal ini akan berpengaruh pada perkembangan mereka. Perkembangan secara khusus diartikan sebagai perubahan yang menyangkut aspek-aspek mental psikologis manusia, seperti perubahan yang berkaitan dengan aspek pengetahuan, sifat sosial, moral, keyakinan agama, kecerdasan dan sebagainya.

      Adapun pembagian yang dibuat oleh Elizabeth B. Harlock yang membagi periodisasi perkembangan sebagai berikut:
a.       Masa sebelum lahir (prenatal). Dalam masa ini terjadi beberapa kejadian penting antara lain: 1. penurunan sifat bawaan mental psikologis anak, 2. penentuan jenis kelamin anak, 3. kepastian apakah akan lahir tunggal atau kembar, dan 4. posisi anak dalam keluarga.
b.      Masa bayi baru lahir. Masa ini merupakan masa istirahat untuk menyesuaikan diri dengan keadaan baru di dunia ini. Pada masa ini bayi baru harus melakukan penyesuaian diri agar tetap hidup, yaitu menghisap dan menelan makanan atau air susu, bernapas dan membuang kotoran. Sebagai tanda bahwa ia mengalami kesulitan penyesuaian ditunjukkan dengan penurunan berat badan.
c.        Masa bayi. Ini merupakan masa pembentukan kehidupan yang sesungguhnya karena saat ini pola perilaku, sikap, ekspresi, dan emosi mulai terbentuk. Masa bayi ini dianggap sebagai periode kritis dalam perkembangan kepribadian, karena merupakan periode di mana dasar-dasar untuk kepribadian dewasa pada masa ini.
d.      Masa kanak-kanak awal. Biasanya orang tua menyebut ini adalah masa sulit, karena pada masa ini terjadi kesulitan dalam mendidik mereka, sebagian besar hidupnya dihabiskan untuk bermain-main.
e.       Masa kanak-kanak akhir. Masa ini disebut juga dengan masa anak sekolah. Pada masa ini mereka lebih banyak dipengaruhi oleh atau mengikuti teman-temannya dari pada orang tuanya sendiri.
f.       Masa puber. Masa ini merupakan masa awal remaja.dalam tahap ini, anak biasanya anakmulai kritis dalam menanggapi suatu ide dari orang lain. Pada masa puber biasanya seorang anak menunjukkan kekuatan intelektual dan energi fisik dengan kemampuan yang kuat. Jika kekuatan ini tidak diikuti dengan kemauan maka akan terjadi ketidakseimbangan. Ini terjadi karena pada saat itu seorang anak mulai belajar menentukan tujuan serta keinginan yan dianggap sesuai baginya untuk memperoleh kebahagiaan.
g.      Masa remaja. Masa remaja dianggap sebagai permulaan seorang anak secara seksual menjadi matang. Perilaku, sikap, dan nilai-nilai pada masa awal remaja berbeda dengan pada akhir masa remaja.

      Persoalan anak yang sulit dan berperilaku buruk adalah persoalan sehari-hari yang dihadapi kebanyakan orang tua.  Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relative konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negative maupun positif. Jika pola asuh orang tua tidak baik maka akan mengganggu perkembangan anak.

      Perkembangan dilukiskan sebagai suatu proses yang dinamis, oleh karena itu jika terjadi ketidak dinamisan perkembangan maka terjadi gangguan perkembangan. Gangguan perkembangan ini sering disebut sebagai kecacatan atau handicap. Kecacatan dapat berupa fisik, cacat mental, cacat motorik, cacat sosial, dan lain sebagainya. Pada dasarnya perkembangan abnormal tidak hanya mencakup gangguan perkembangan saja. Gangguan perkembangan tidaklah terbatas pada kecacatan (handicap), definisi gangguan yang lebih luas menyangkut pola gangguan perilaku yang lain seperti: perilaku agresiv dan perilaku hiperaktif pada anak. Gangguan perkembangan yang akan di bicarakan disini meliputi gangguan fisik dan psikomotorik pada anak, ganguan fungsi intelektual dan gangguan yang nampak pada perilaku psikososial dan moral pada anak.

Kemudian, ketika si anak telah dilahirkan, maka rawan sekali mengidap atau terkena gangguan kejiwaan terutama yang berhubungan dengan psikologi klinis. Seperti kasus yang diambil penulis yang mulai dikenal masyarakat awam yaitu retardasi mental, yang perbedaannya tipis dengan gangguan jiwa lainnya. Dalam makalah ini, dipaparkan tentang kasus retardasi mental dan pandangannya menurut psikologi klinis. 

 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang dijelaskan di atas dan studi kasus yang dipilih oleh penulis, maka dapat diidentifikasi permasalahnnya yang mana kita harus mengetahui definisi retardasi mental itu sendiri, kemudian faktor-faktor penyebabnya, diagnosis, assesmen, dan pandangan menurut psikoanalisa, behaviorisme, humanistik, psikososialnya.

Tujuan
-          Mengetahui dan memahami salah satu macam gangguan mental yang kebanyakan menyerang anak-anak sebelum berumur 18 tahun.
-          Mengetahui dan memahami sudut pandang psikoanalisa, behaviorisme, humanistik, dan psikososialnya terhadap studi kasus yang dipilih.

 STUDI KASUS
            Di sini penulis mengambil dua studi kasus yang diambil pertama dari media massa cetak nasional ternama yaitu Koran Kompas dan pengalaman penulis selama menjadi praktikan  magang di PSPA (Panti Sosial Petirahan Anak) Bima Sakti, Batu. Penulis mengambil dua kasus bertemakan sama karena masing-masing mempunyai keunikan tersendiri dan memiliki hubungan yang erat.
Kasus pertama bersumber dari Koran Kompas yang terbit hari Senin, 18 Februari 2008, yang berjudul “Gangguan Genetik Picu Retardasi Mental” isi beritanya sebagai berikut :.
PARIS, SENIN - Para ilmuwan di Amerika Serikat mengindentifikasi gangguan genetik yang menjadi penyebab keterbelakangan atau retardasi mental dan epilepsi. Gangguan segmen kecil dari kode DNA yang hilang, seperti diungkap ketua tim riset dari Fakultas Kedokteran Universitas Washington Evan Eichler, juga menyebabkan malformasi, yaitu kelainan bentuk atau struktur dari organ tubuh. 
Evan Eichler memimpin tim terdiri dari 33 periset dari AS, Italia serta Inggris untuk menscreening seluruh genom dari 757 individu penderita retardasi mental. Sindroma yang masih belum diketahui namanya ini berkaitan dengan segmen kecil dari kode DNA yang ditemukan pada satu dari 330 kasus retardasi dengan penyebab yang belum jelas. Sindroma ini diperkirakan berdampak terhadap satu dari 40.000 populasi umum.
Dua peserta studi yang tidak mempunyai hubungan keluarga diketahui kekurangan 1,5 juta nukleotid kode genetik yang terletak pada Kromosom 15 dan membentang pada 6 gen berbeda. Umumnya terdapat sekitar 3 miliar nukleotid pada genom manusia.
Salah satu dari gen yang dikenal dengan CHRNA7 bertanggungjawab terhadap peran protein penting yang mengantarkan pesan ke sel otak. Gangguan pada gen ini juga berkaitan dengan epilepsy serta schizophrenia. 
Setelah mengetahui bagian genome yang dipelajari, Eichler kemudian menscreening 1.040 individu lainnya yang mengalami retardasi mental dengan menggunakan data dari Greenwood Genetic Center dari Greenwood Genetic Center di South Carolina. Para individu ini, separuh diantaranya keturunan Eropa dan separuh lainnya keturunan Amerika-Afrika.
Tujuh peserta studi lainnya diketahui mengalami gangguan genetik serupa dan menderita gejala gangguan yang sama. Dari sembilan kasus yang ditemukan, seluruhnya menunjukkan retardasi menengah hingga ringan. Dari pemeriksaan aktivitas elektronik otak diketahui tujuh peserta studi diketahui menderita epilepsi. Para peserta studi ini juga mempunyai karakteristik wajah abnormal tertentu.
Para periset memprediksi sindroma minoritas lainnya kemungkinan muncul melalui scan resolusi tinggi untuk penghapusan "sub-mikroskopis" pada kode genetik manusia. (AFP)

            Kemudian, kasus kedua yang dialami oleh salah satu peserta tetirah yang merupakan adik binaan penulis selama di panti. Berikut pemaparannya:

AA/15 tahun/L/SDN K I/Kelas V/ K. (kelompok Dewi Sartika)

Latar Belakang Keluarga
Klien merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Sejak umur 1 tahun klien sudah tinggal bersama nenek dan kakeknya sudah meninggal. Sedangkan, orang tua klien beserta adiknya kini tinggal di Jakarta. Ayahnya bernama Suprianto, menurut keterangannya, namun dalam data dari guru bernama Aceng, ayahnya berusia 35 tahun bekerja sebagai buruh pabrik dan menjadi tukang ojek sebagai kerja sambilan. Ibu klien bernama Siti Kurnia berumur 33 tahun bekerja sebagai buruh cuci. Pendidikan ayah klien sampai SMP, ibunya sampai SMA. Dia memiliki adik laki-laki berumur 10 tahun bernama Yudianto  Klien sudah lama tidak bertemu orang tuanya, selalu dia yang ke Jakarta. Perekonomian keluarga kurang mampu, meskipun dulu tergolong mampu. Karena kebutuhan semakin mendesak, maka mobil keluarga pun dijual. Untuk makan sehari-hari, nenek klien dibiayai oleh pakdhenya, sampai sekarang orangtua klien masih hidup, hanya saja klien merupakan anak yang dititipkan pada nenek, sehingga klien merasa menjadi anak terbuang.

Latar Belakang Pendidikan
Klien pernah tidak naik kelas selama empat kali dan tidak pernah mendapat peringkat. Di kelas klien jarang memperhatikan saat guru menerangkan, tapi jarang ramai. Klien termasuk rajin masuk sekolah, dan klien menyukai semua pelajaran.



Latar Belakang di Panti
Klien menempati kamar nomor 14, yang dihuni bersama tiga teman barunya, berarti dalam kamar ada empat anak. Pada awalnya klien tidur di ranjang bawah, kemudian pindah ke ranjang atas.
Pada saat klien pertamakali tiba di panti, klien masih menunjukkan sikap yang arogan, dan sangat tidak bisa dikendalikan. Klien menunjukkan eksistensi dirinya melalui kenakalan yang ditujukan tak hanya bagi temannya, tetapi juga para praktikan. Misalnya, klien cepat marah dan mudah melakukan agresif non-verbal kepada temannya tersebut, dan klien tidak memperhatikan nasihat praktikan, bahkan pembimbing. Klien akan memperhatikan perintah atau nasihat jika harus dimarahi terlebih dahulu, itupun klien sering lebih marah.
Pada minggu kedua, klien masih belum berubah, sama seperti pada minggu pertama. Kenakalan klien semakin menjadi-jadi, karena telah mengenal teman-teman yang dulu tak dikenalnya. Klien juga pandai berpura-pura. Setiap ada kegiatan di kelas, klien selalu memberi alasan sakit agar ia tidak mengikuti kegiatan tersebut. Pada minggu ketiga, klien sudah menunjukkan perubahan positif dimana ia mulai semangat mengikuti segala kegiatan yang dilaksanakan. Tak sering berpura-pura lagi. Klien masih suka menjahili temannya, hanya saja agak berkurang tindak agresif non-verbalnya, yang masih sering ia lakukan ialah agresif verbal jika ia diganggu teman-temannya. Klien masih suka mencari perhatian dari semua orang terutama pada para praktikan. Jika ia tidak diperhatikan sedikit saja, maka perilaku yang ditunjukkan sama seperti pada minggu pertama.
Pada minggu terakhir, menjelang purnanya periode tetirah bulan Agustus, klien semakin menunjukkan perilaku positif. Ia mulai jarang mengganggu teman-temannya. Sudah tak pernah melakukan agresif non-verbal.

Gejala atau masalah yang dialami klien
  • Hasil tes IQ klien ialah 46.
  • Hasil Tes sikap yang dijalani oleh klien menghasilkan sebagai berikut :
§  Sikap terhadap kebersihan dan kerapian : 68. (Cukup)
§  Sikap terhadap tanggung jawab sosial : 72. (Cukup Baik)
§  Sikap terhadap sopan santun : 78. (Baik)
§  Sikap terhadap tanggung jawab pribadi : 81. (Baik)
§  Sikap terhadap waktu kedisiplinan : 56. (Rendah)
  • Banyak gerak dan banyak bicara
  • Mudah tersinggung dan mudah marah, tapi mudah reda atau hanya marah sesaat.
  • Kurang dapat mengindahkan nasehat sesaat.
  • Selalu mengulangi kesalahan yang sama.
  • Susah diatur, kekanak-kanakan, manja.
  • Kurang percaya diri kecuali didorong terlebih dahulu dengan pujian.
  • Mencari perhatian terhadap orang-orang sekitar.
  • Bina diri kurang (Contoh: lemari masih berantakan).
  • Mencoba kabur dari PSPA Bima Sakti.
  • Somatik setiap ada kegiatan di kelas.
  • Kurangnya konsentrasi menyebabkan lambat belajar, inteligensi rendah.

ANALISIS KRITIS
            Menurut Dr.Nora L Sondakh,MA, ia mendefinisikan retardasi mental ialah seseorang dengan kemampuan intelektual berada di bawah angka rata-rata akibat perkembangan intelektual yang abnormal dan dapat dilihat pada kesukaran dalam belajar dan adaptasi sosial.

Menurut sumber lain mengatakan bahwa retardasi mental merupakan salah satu gangguan yang biasa terjadi pada masa kanak-kanak dan remaja yang mana adalah keadaan di mana fungsi intelektual umum di bawah normal (< 70 = iq), kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosialterbatas / terbatasnya kemampuan penyesuaian diri onset, masa perkembangan.
Kemudian menurut Yulius dan Iva dalam tulisannya di milis Ayah Bunda, mereka mengungkapkan bahwa Tonggak perkembangan anak digunakan sebagai panduan kasar untuk menilai kenormalan fungsinya. Pada usia tertentu kebanyakan anak mulai mengenal suara orang tua atau mulai belajar berjalan. Panduan untuk perilaku berdasarkan umur ini tidak bersifat baku, jadi kalau anak Anda berjalan atau berbicara setelah waktu yang lebih lama atau cepat daripada anak lainnya, maka ini belum tentu menunjukkan adanya gangguan. Pemeriksaan standar guna mengevaluasi retardasi mental sebaiknya dilakukan pada saat Anda curiga adanya penundaan dalam perkembangan anak. Kira-kira 1% anak-anak mengidap retardasi mental.
Banyak anak dengan retardasi mental lahir dengan abnormalitas fisik, seperti daya pendengaran yang lemah, atau masalah jantung. Mereka ini beresiko tiga sampai empat kali lebih tinggi untuk mengidap gangguan mental lainnya seperti ketidakmampuan belajar dan mengompol daripada populasi umum. Rasio retardasi mental pada laki-laki dan perempuan adalah 3:2.
Penyebab retardasi mental berhasil ditemukan hanya dalam kurang dari setengah jumlah kasus. retardasi ringan umumnya ditemukan didalam kelas sosio-ekonomi rendah, tetapi retardasi mental yang ringan atau berat ditemukan pada semua kelas secara merata. Pengaruh negatif di dalam rumah seperti pengabaian anak dan kurangnya perangsangan sosial dan bahasa mungkin turut berperan dalam berkembangnya kasus yang ringan.
Gangguan genetis ditemukan pada 25% anak-anak yang mengidap retardasi mental dan biasanya hal ini berhubungan dengan retardasi yang berat. Sindrom Down adalah bentuk retardasi mental bawaan yang paling umum, yang disebabkan oleh abnormalitas kromosom dan terjadi pada 1 dari 700 kelahiran di Amerika Serikat. Meskipun wanita berusia berapa pun bisa melahirkan anak pengidap sindrom Down, risiko ini meningkat secara tajam saat usia mencapai 35 tahun keatas. Gangguan ini, dan sejumlah gangguan bawaan dan kongenital lainnya, bisa didiagnosa secara in utero dengan menggunakan ultrasound atau amniosentesis. Anak yang mengidap sindrom Down memiliki karakteristik wajah yang khas sejak lahir dan antara lain mengalami keterbelakangan dalam hal perkembangan kemampuan bicara dan koordinasi otot.
Banyak penyakit yang terjadi saat kehamilan bisa menyebabkan retardasi mental, terutama saat minggu-minggu pertama saat sistem organ mulai terbentuk, dan hal ini menekankan pentingnya perawatan pra kelahiran. Infeksi ibu seperti rubella (cacar Jerman), sifilis, dan sitomegalovirus adalah jenis penyakit yang bisa menyebabkan retardasi. Penyakit dan cedera saat masa kanak-kanak juga bisa menyebabkan retardasi mental setelah kelahiran. Yang paling umum terjadi adalah ensefalitis dan meningitis, yang menyerang otak secara langsung. Penyebab lain adalah trauma pada kepala akibat cedera yang timbul karena perlakuan kasar terhadap anak, kecelakaan dalam kendaraan bermotor, dan kecelakaan lainnya.
Diperkirakan ada 3% dari total populasi di dunia mengalami retardasi mental, tetapi hanya sekitar 1-1.5% yang terdata. Angka kelahiran bayi dengan IQ di bawah 50 adalah 3,6 per 1000 kelahiran hidup.

Pada 80% kasus retardasi mental tidak diketahui penyebabnya, tapi sebagian besar anak dengan retardasi berat sangat mudah diidentifikasi. Penyebab timbulnya retardasi bisa terjadi pada masa-masa prenatal (sebelum lahir), perinatal (masa kelahiran) maupun masa postnatal (sesudah lahir).

Sedangkan, pada masa prenatal, penyebab bisa oleh kelainan genetik dari kromosom atau kelainan bawaan atau penyakit infeksi. Anoksia (ketiadaan atau kekurangan oksigen), gangguan metabolisme (ch.hypothyroid, hypoglikemi), atau trauma pada masa sebelum kelahiran juga besar kemungkinannya sebagai penyebab retardasi.

Komplikasi prenatal (saat kelahiran)
Perdarahan, lahir dengan forcep, plasenta previa, preeklamsia, asfiksia neonatorum bisa meningkatkan resiko terjadinya mental retardasi. Berat badan lahir rendah, umur kehamilan rendah  juga mempertinggi insidens mental retardasi. Bayi prematur dengan berat badan lahir kurang dari 1,5 kg memiliki risiko 10-50% untuk menjadi retardasi tergantung dari kualitas penanganan yang diberikan. Oleh karena itu bayi dengan risiko untuk menjadi retardasi membutuhkan penangan yang optimal selama tahun-tahun pertama sesudah kelahiran.

Diagnosa
Pemeriksaan psikologis bisa dilakukan sebelum si anak berusia cukup untuk masuk sekolah untuk menentukan apakah ia mengalami retardasi mental. Karena banyak variasi dalam perkembangan anak, anak berusia sangat muda mungkin berkembang lebih lambat daripada teman sebayanya tetapi belum tentu ia mengalami retardasi mental.
Asosiasi Psikiaterik Amerika mengemukakan kriteria berikut untuk diagnosis
retardasi mental:
-          IQ yang jauh dibawah rata-rata (70 kebawah)
-          Daya fungsi adaptasi yang lemah dalam hal ketrampilan sosial, tanggung
  jawab, komunikasi, kesaling-bebasan, ketrampilan hidup sehari-hari,
  kesanggupan untuk mencukupi diri sendiri yang lambat jika dibandingkan
  dengan usianya.
-          Serangan sebelum usia 18 tahun.



Pengobatan
Pencegahan retardasi mental melalui perawatan pra kelahiran dan pengendalian infeksi secara lebih baik adalah pengobatan yang terbaik. Setelah retardasi mental berhasil didiagnosa, fungsi sosial dan intelektual anak bisa ditingkatkan melalui program yang dirancang untuk merangsang perkembangan. Kini sekolah mulai mengadakan pelatihan bicara dan bahasa, terapi bermain, dan ketrampilan sosial.
Orang tua mungkin merasa sangat terbebani secara fisik maupun mental saat harus merawat anak yang mengidap retardasi mental. Konsultasi orang tua sangat penting untuk mengatasi stres serta bisa membantu mengidentifikasi rasa marah dan bersalah yang mungkin timbul dalam situasi seperti ini.
Pencegahan
Perawatan pra kelahiran yang baik mampu mencegah infeksi yang bisa mengakibatkan retardasi mental pada janin.

Macam-macam tingkat retardasi mental (MENURUT PPDGJ III) :

TINGKAT R.M
I.Q
ISTILAH DULU

RINGAN

50-70

DEBIL

SEDANG

35-49

IMBESIL RINGAN

BERAT

20-34

IMBESIL BERAT

SANGAT BERAT < 20


IDIOT


FUNGSI INTELEKTUAL AMBANG (BORDERLINE)
IQ 71-84 (TIDAK TERMASUK R.M.)
INSIDENS R.M: 1-3%                      RM RINGAN 75%
RM SEDANG            /
                                                                   BERAT/
       SANGAT BERAT 25%

Analisis Masalah
Analisis pada kasus AA dijelaskan berawal dari latar belakang keluarga mendominasi permasalahan yang muncul dalam diri klien yang dapat mengganggu perkembangan klien, sehingga klien menjadi seperti sekarang. Saat usia klien menginjak 15 tahun, namun klien masih bersikap selayaknya anak kecil. Apalagi, di rumah klien lebih banyak bergaul dengan teman yang lebih kecil darinya. Klien yang merasa dibuang oleh ayah dan ibunya, akhirnya ia mencari perhatian kepada setiap orang. Pendidikan di keluarganya yang keras dan selalu menjustifikasi klien selalu salah, membuat perkembangan klien terhambat. Klien menjadi tidak percaya diri, dan kecemasan yang sangat tinggi menghinggap pada diri klien. Sehingga, klien takut untuk berbuat apapun. Kemudian, emosi klien yang tidak stabil dimana setiap saat bisa berubah, dan mudah meledak. Untuk melampiaskan amarahnya, selain klien agresif verbal, ia juga tak segan melakukan agresif non-verbal.

Treatment-treatment yang digunakan untuk klien
  • Reward and punishment
  • Sharing/dialog/diskusi
  • Latihan konsentrasi
  • Bina Diri.
  • Penanaman normatif
  • Kontrol sikap
  • Latihan kedsiplinan
  • Tugas individual dan kelompok.

Evaluasi dan perkembangan klien
Pada saat minggu-mimggu terakhir klien sudah mengalami perubahan penanaman normative dan kepercayaan ada peningkatan, klien sudah bisa mengendalikan emosi dengan baik, reward and punishment efektif dilakukan pada klien, sudah jarang mengganggu teman perempuan, bina diri lumanyan ada peningkatan. Meskipun ada beberapa yang tidak mengalami perubahan, antara lain latihan konsentrasi tidak begitu ada peningkatan, klien masih suka menimpakan kesalahan pada orang lain.

Bimbingan Lanjut
Di sekolah
1.      Pemberian kepercayaan untuk memimpin guna meningkatkan kepercayaan diri.
2.      Didudukkan di depan agar konsentrasi membaik.
3.      Guru berperan sebagai pengganti orangtua, karena selama ini tidak adanya orangtua di samping klien.
4.      Guru harus memberikan kasih sayang dari murid-murid lainnya.
5.      Kontrol sikap.
Di rumah
1.      Pemberian tugas sehari-hari di rumah seperti pekerjaan rumah tangga terkontrol.
2.      Penanaman normatif.
3.      Reward and punishment
KESIMPULAN
            Dari pemaparan yang dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa retardasi mental merupakan salah satu gangguan yang biasa dialami oleh anak ketika masih masuk dalam kategori kanak-kanak hingga beranjak pada masa remaja, IQ di bawah 70. Banyak faktor yang mempengaruhi munculnya gangguan ini, misalnya dari faktor genetik. Dan, psikoanalisa dan psikososial memandang bahwa retardasi mental muncul dikarenakan pada masa kanak-kanak yang kurang harmonis dengan lingkungan sekitar, terutama dengan keluarganya. Kemudian, kurangnya stimulasi sosial, intelektual, dan bahasa. Behaviorisme memandang bahwa adanya kesalahan mendidik anak, yang mana orang tua kurang seimbang dalam memberikan reward dan punishment

Daftar Referensi :
Ardani, Tristiadi Ardi dkk.2007.Psikologi Klinis.Yogyakarta:Graha Ilmu.
Desmita.2006.Paikologi Perkembangan.Cetakan Kedua.Bandung:Remaja Rosdakarya.
Edy, Ayah.2008.37 Kebiasaan Orang Tua yang Menghasilkan Perilaku Buruk pada Anak.             
                          Cetakan Kelima.Jakarta:Gramedia.
Kartono. Kartini.2007.Psikologi Anak.Cetakan Keenam.Bandung:Mandar Maju.
Santrock, John.W.1995.Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup)-
                                Jilid 1.Edisi kelima.Jakarta:Penerbit Erlangga.
Sulaeman, Dr.Dadang.1995.Psikologi Remaja.Bandung:Mandar Maju.
Sundberg, Norman D.,dkk.2007.Psikologi Klinis.Cetakan Pertama.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Supratiknya, A.1993.Teori-Teori Psikodinamik (Klinis).Yogyakarta:Kanisius.
http://internasional.kompas.com/read/xml/2008/02/18/1245417/gangguan.genetik.picu.retardasi.mental
http://c3i.sabda.org/kategori/anak-parenting/isi/?id=14&mulai=60
http://mdopost.com/news/index.php?option=com_content&task=view&id=11719&Itemid=9
http://www.freewebs.com/retardasimental/hakrmsebagaisipil.htm


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Butuh banget masukan dan komentar yg membangun, trims yaaa... :)