Latar Belakang
Setiap orang tua dituntut untuk memahami atau memperhatikan
perkembangan Psikologi Anaknya karena hal ini akan berpengaruh pada
perkembangan mereka. Perkembangan secara khusus diartikan sebagai
perubahan yang menyangkut aspek-aspek mental psikologis manusia, seperti
perubahan yang berkaitan dengan aspek pengetahuan, sifat sosial, moral,
keyakinan agama, kecerdasan dan sebagainya.
Adapun
pembagian yang dibuat oleh Elizabeth B. Harlock yang membagi periodisasi
perkembangan sebagai berikut:
a.
Masa sebelum lahir (prenatal). Dalam masa ini terjadi
beberapa kejadian penting antara lain: 1. penurunan sifat bawaan mental
psikologis anak, 2. penentuan jenis kelamin anak, 3. kepastian apakah akan
lahir tunggal atau kembar, dan 4. posisi anak dalam keluarga.
b.
Masa bayi baru lahir. Masa ini merupakan masa istirahat
untuk menyesuaikan diri dengan keadaan baru di dunia ini. Pada masa ini bayi
baru harus melakukan penyesuaian diri agar tetap hidup, yaitu menghisap dan
menelan makanan atau air susu, bernapas dan membuang kotoran. Sebagai tanda
bahwa ia mengalami kesulitan penyesuaian ditunjukkan dengan penurunan berat
badan.
c. Masa bayi. Ini merupakan masa pembentukan
kehidupan yang sesungguhnya karena saat ini pola perilaku, sikap, ekspresi, dan
emosi mulai terbentuk. Masa
bayi ini dianggap sebagai periode kritis dalam perkembangan kepribadian, karena
merupakan periode di mana dasar-dasar untuk kepribadian dewasa pada masa ini.
d. Masa kanak-kanak awal. Biasanya
orang tua menyebut ini adalah masa sulit, karena pada masa ini terjadi
kesulitan dalam mendidik mereka, sebagian besar hidupnya dihabiskan untuk
bermain-main.
e. Masa kanak-kanak akhir. Masa ini
disebut juga dengan masa anak sekolah. Pada masa ini mereka lebih banyak
dipengaruhi oleh atau mengikuti teman-temannya dari pada orang tuanya sendiri.
f. Masa puber. Masa ini merupakan masa
awal remaja.dalam tahap ini, anak biasanya anakmulai kritis dalam menanggapi
suatu ide dari orang lain. Pada masa puber biasanya seorang anak menunjukkan
kekuatan intelektual dan energi fisik dengan kemampuan yang kuat. Jika kekuatan
ini tidak diikuti dengan kemauan maka akan terjadi ketidakseimbangan. Ini
terjadi karena pada saat itu seorang anak mulai belajar menentukan tujuan serta
keinginan yan dianggap sesuai baginya untuk memperoleh kebahagiaan.
g. Masa remaja. Masa remaja dianggap
sebagai permulaan seorang anak secara seksual menjadi matang. Perilaku, sikap,
dan nilai-nilai pada masa awal remaja berbeda dengan pada akhir masa remaja.
Persoalan anak yang sulit dan berperilaku
buruk adalah persoalan sehari-hari yang dihadapi kebanyakan orang tua. Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan
bersifat relative konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat
dirasakan oleh anak, dari segi negative maupun positif. Jika pola asuh orang
tua tidak baik maka akan mengganggu perkembangan anak.
Perkembangan dilukiskan sebagai suatu
proses yang dinamis, oleh karena itu jika terjadi ketidak dinamisan
perkembangan maka terjadi gangguan perkembangan. Gangguan perkembangan ini
sering disebut sebagai kecacatan atau handicap. Kecacatan dapat berupa fisik,
cacat mental, cacat motorik, cacat sosial, dan lain sebagainya. Pada dasarnya
perkembangan abnormal tidak hanya mencakup gangguan perkembangan saja. Gangguan
perkembangan tidaklah terbatas pada kecacatan (handicap), definisi gangguan
yang lebih luas menyangkut pola gangguan perilaku yang lain seperti: perilaku
agresiv dan perilaku hiperaktif pada anak. Gangguan perkembangan yang akan di
bicarakan disini meliputi gangguan fisik dan psikomotorik pada anak, ganguan
fungsi intelektual dan gangguan yang nampak pada perilaku psikososial dan moral
pada anak.
Kemudian, ketika si anak telah
dilahirkan, maka rawan sekali mengidap atau terkena gangguan kejiwaan terutama
yang berhubungan dengan psikologi klinis. Seperti kasus yang diambil penulis
yang mulai dikenal masyarakat awam yaitu retardasi mental, yang perbedaannya
tipis dengan gangguan jiwa lainnya. Dalam makalah ini, dipaparkan tentang kasus
retardasi mental dan pandangannya menurut psikologi klinis.
Identifikasi
Masalah
Dari latar belakang yang dijelaskan di atas dan studi kasus yang dipilih
oleh penulis, maka dapat diidentifikasi permasalahnnya yang mana kita harus
mengetahui definisi retardasi mental itu sendiri, kemudian faktor-faktor
penyebabnya, diagnosis, assesmen, dan pandangan menurut psikoanalisa,
behaviorisme, humanistik, psikososialnya.
Tujuan
-
Mengetahui dan memahami salah satu macam gangguan
mental yang kebanyakan menyerang anak-anak sebelum berumur 18 tahun.
-
Mengetahui dan memahami sudut pandang psikoanalisa,
behaviorisme, humanistik, dan psikososialnya terhadap studi kasus yang dipilih.
STUDI KASUS
Di sini penulis mengambil dua studi
kasus yang diambil pertama dari media massa cetak nasional ternama yaitu Koran
Kompas dan pengalaman penulis selama menjadi praktikan magang di PSPA (Panti Sosial Petirahan Anak) Bima
Sakti, Batu. Penulis mengambil dua kasus bertemakan sama karena masing-masing
mempunyai keunikan tersendiri dan memiliki hubungan yang erat.
Kasus
pertama bersumber dari Koran Kompas yang terbit hari Senin, 18 Februari 2008,
yang berjudul “Gangguan Genetik Picu Retardasi Mental” isi beritanya sebagai
berikut :.
PARIS, SENIN - Para ilmuwan di
Amerika Serikat mengindentifikasi gangguan genetik yang menjadi penyebab
keterbelakangan atau retardasi mental dan epilepsi. Gangguan segmen kecil dari
kode DNA yang hilang, seperti diungkap ketua tim riset dari Fakultas Kedokteran
Universitas Washington Evan Eichler, juga menyebabkan malformasi, yaitu kelainan
bentuk atau struktur dari organ tubuh.
Evan Eichler memimpin tim terdiri dari 33 periset
dari AS, Italia serta Inggris untuk menscreening seluruh genom dari 757
individu penderita retardasi mental. Sindroma yang masih belum diketahui
namanya ini berkaitan dengan segmen kecil dari kode DNA yang ditemukan pada
satu dari 330 kasus retardasi dengan penyebab yang belum jelas. Sindroma ini
diperkirakan berdampak terhadap satu dari 40.000 populasi umum.
Dua peserta studi yang tidak mempunyai hubungan
keluarga diketahui kekurangan 1,5 juta nukleotid kode genetik yang terletak
pada Kromosom 15 dan membentang pada 6 gen berbeda. Umumnya terdapat sekitar 3
miliar nukleotid pada genom manusia.
Salah satu dari gen yang dikenal dengan CHRNA7
bertanggungjawab terhadap peran protein penting yang mengantarkan pesan ke sel
otak. Gangguan pada gen ini juga
berkaitan dengan epilepsy serta schizophrenia.
Setelah
mengetahui bagian genome yang dipelajari, Eichler kemudian menscreening 1.040
individu lainnya yang mengalami retardasi mental dengan menggunakan data dari
Greenwood Genetic Center dari Greenwood Genetic Center di South Carolina. Para
individu ini, separuh diantaranya keturunan Eropa dan separuh lainnya keturunan
Amerika-Afrika.
Tujuh
peserta studi lainnya diketahui mengalami gangguan genetik serupa dan menderita
gejala gangguan yang sama. Dari sembilan kasus yang ditemukan, seluruhnya
menunjukkan retardasi menengah hingga ringan. Dari pemeriksaan aktivitas
elektronik otak diketahui tujuh peserta studi diketahui menderita epilepsi.
Para peserta studi ini juga mempunyai karakteristik wajah abnormal tertentu.
Para
periset memprediksi sindroma minoritas lainnya kemungkinan muncul melalui scan
resolusi tinggi untuk penghapusan "sub-mikroskopis" pada kode
genetik manusia. (AFP)
Kemudian, kasus kedua yang dialami oleh salah satu peserta tetirah yang merupakan adik binaan penulis selama di panti. Berikut pemaparannya:
AA/15 tahun/L/SDN K
I/Kelas V/ K. (kelompok Dewi Sartika)
Latar Belakang Keluarga
Klien merupakan anak
pertama dari dua bersaudara. Sejak umur 1 tahun klien sudah tinggal bersama
nenek dan kakeknya sudah meninggal. Sedangkan, orang tua klien beserta adiknya
kini tinggal di Jakarta. Ayahnya bernama Suprianto, menurut keterangannya,
namun dalam data dari guru bernama Aceng, ayahnya berusia 35 tahun bekerja
sebagai buruh pabrik dan menjadi tukang ojek sebagai kerja sambilan. Ibu klien
bernama Siti Kurnia berumur 33 tahun bekerja sebagai buruh cuci. Pendidikan
ayah klien sampai SMP, ibunya sampai SMA. Dia memiliki adik laki-laki berumur
10 tahun bernama Yudianto Klien sudah
lama tidak bertemu orang tuanya, selalu dia yang ke Jakarta. Perekonomian
keluarga kurang mampu, meskipun dulu tergolong mampu. Karena kebutuhan semakin
mendesak, maka mobil keluarga pun dijual. Untuk makan sehari-hari, nenek klien
dibiayai oleh pakdhenya, sampai sekarang orangtua klien masih hidup, hanya saja
klien merupakan anak yang dititipkan pada nenek, sehingga klien merasa menjadi
anak terbuang.
Latar Belakang Pendidikan
Klien pernah tidak naik
kelas selama empat kali dan tidak pernah mendapat peringkat. Di kelas klien
jarang memperhatikan saat guru menerangkan, tapi jarang ramai. Klien termasuk
rajin masuk sekolah, dan klien menyukai semua pelajaran.
Latar Belakang di Panti
Klien menempati kamar nomor 14, yang
dihuni bersama tiga teman barunya, berarti dalam kamar ada empat anak. Pada
awalnya klien tidur di ranjang bawah, kemudian pindah ke ranjang atas.
Pada saat klien pertamakali tiba di panti,
klien masih menunjukkan sikap yang arogan, dan sangat tidak bisa dikendalikan.
Klien menunjukkan eksistensi dirinya melalui kenakalan yang ditujukan tak hanya
bagi temannya, tetapi juga para praktikan. Misalnya, klien cepat marah dan
mudah melakukan agresif non-verbal kepada temannya tersebut, dan klien tidak
memperhatikan nasihat praktikan, bahkan pembimbing. Klien akan memperhatikan
perintah atau nasihat jika harus dimarahi terlebih dahulu, itupun klien sering
lebih marah.
Pada minggu kedua, klien masih belum
berubah, sama seperti pada minggu pertama. Kenakalan klien semakin
menjadi-jadi, karena telah mengenal teman-teman yang dulu tak dikenalnya. Klien
juga pandai berpura-pura. Setiap ada kegiatan di kelas, klien selalu memberi
alasan sakit agar ia tidak mengikuti kegiatan tersebut. Pada minggu ketiga,
klien sudah menunjukkan perubahan positif dimana ia mulai semangat mengikuti
segala kegiatan yang dilaksanakan. Tak sering berpura-pura lagi. Klien masih
suka menjahili temannya, hanya saja agak berkurang tindak agresif
non-verbalnya, yang masih sering ia lakukan ialah agresif verbal jika ia
diganggu teman-temannya. Klien masih suka mencari perhatian dari semua orang
terutama pada para praktikan. Jika ia tidak diperhatikan sedikit saja, maka
perilaku yang ditunjukkan sama seperti pada minggu pertama.
Pada minggu terakhir, menjelang purnanya
periode tetirah bulan Agustus, klien semakin menunjukkan perilaku positif. Ia
mulai jarang mengganggu teman-temannya. Sudah tak pernah melakukan agresif
non-verbal.
Gejala atau masalah yang dialami
klien
- Hasil tes IQ klien ialah 46.
- Hasil Tes sikap yang dijalani oleh klien menghasilkan sebagai berikut :
§ Sikap terhadap kebersihan dan kerapian :
68. (Cukup)
§ Sikap terhadap tanggung jawab sosial : 72.
(Cukup Baik)
§ Sikap terhadap sopan santun : 78. (Baik)
§ Sikap terhadap tanggung jawab pribadi :
81. (Baik)
§ Sikap terhadap waktu kedisiplinan : 56.
(Rendah)
- Banyak gerak dan banyak bicara
- Mudah tersinggung dan mudah marah, tapi mudah reda atau hanya marah sesaat.
- Kurang dapat mengindahkan nasehat sesaat.
- Selalu mengulangi kesalahan yang sama.
- Susah diatur, kekanak-kanakan, manja.
- Kurang percaya diri kecuali didorong terlebih dahulu dengan pujian.
- Mencari perhatian terhadap orang-orang sekitar.
- Bina diri kurang (Contoh: lemari masih berantakan).
- Mencoba kabur dari PSPA Bima Sakti.
- Somatik setiap ada kegiatan di kelas.
- Kurangnya konsentrasi menyebabkan lambat belajar, inteligensi rendah.
ANALISIS KRITIS
Menurut Dr.Nora L Sondakh,MA, ia
mendefinisikan retardasi mental ialah seseorang dengan kemampuan intelektual
berada di bawah angka rata-rata akibat perkembangan intelektual yang abnormal
dan dapat dilihat pada kesukaran dalam belajar dan adaptasi sosial.
Menurut
sumber lain mengatakan bahwa retardasi mental merupakan salah satu gangguan
yang biasa terjadi pada masa kanak-kanak dan remaja yang mana adalah keadaan di
mana fungsi intelektual umum di bawah normal (< 70 = iq), kemampuan
kognitif, bahasa, motorik dan sosialterbatas / terbatasnya kemampuan penyesuaian
diri onset, masa perkembangan.
Kemudian menurut
Yulius dan Iva dalam tulisannya di milis Ayah Bunda, mereka mengungkapkan bahwa
Tonggak perkembangan anak digunakan sebagai panduan kasar untuk menilai
kenormalan fungsinya. Pada usia tertentu kebanyakan anak mulai mengenal suara
orang tua atau mulai belajar berjalan. Panduan untuk perilaku berdasarkan umur
ini tidak bersifat baku, jadi kalau anak Anda berjalan atau berbicara setelah
waktu yang lebih lama atau cepat daripada anak lainnya, maka ini belum tentu
menunjukkan adanya gangguan. Pemeriksaan standar guna mengevaluasi retardasi
mental sebaiknya dilakukan pada saat Anda curiga adanya penundaan dalam
perkembangan anak. Kira-kira 1% anak-anak mengidap retardasi mental.
Banyak anak
dengan retardasi mental lahir dengan abnormalitas fisik, seperti daya
pendengaran yang lemah, atau masalah jantung. Mereka ini beresiko tiga sampai
empat kali lebih tinggi untuk mengidap gangguan mental lainnya seperti
ketidakmampuan belajar dan mengompol daripada populasi umum. Rasio retardasi
mental pada laki-laki dan perempuan adalah 3:2.
Penyebab retardasi
mental berhasil ditemukan hanya dalam kurang dari setengah jumlah kasus.
retardasi ringan umumnya ditemukan didalam kelas sosio-ekonomi rendah, tetapi
retardasi mental yang ringan atau berat ditemukan pada semua kelas secara
merata. Pengaruh negatif di dalam rumah seperti pengabaian anak dan kurangnya
perangsangan sosial dan bahasa mungkin turut berperan dalam berkembangnya kasus
yang ringan.
Gangguan genetis ditemukan pada 25% anak-anak yang
mengidap retardasi mental dan biasanya hal ini berhubungan dengan retardasi
yang berat. Sindrom Down adalah bentuk retardasi mental bawaan yang paling
umum, yang disebabkan oleh abnormalitas kromosom dan terjadi pada 1 dari 700
kelahiran di Amerika Serikat. Meskipun wanita berusia berapa pun bisa
melahirkan anak pengidap sindrom Down, risiko ini meningkat secara tajam saat
usia mencapai 35 tahun keatas. Gangguan ini, dan sejumlah gangguan bawaan dan
kongenital lainnya, bisa didiagnosa secara in utero dengan menggunakan
ultrasound atau amniosentesis. Anak yang mengidap sindrom Down memiliki
karakteristik wajah yang khas sejak lahir dan antara lain mengalami
keterbelakangan dalam hal perkembangan kemampuan bicara dan koordinasi otot.
Banyak penyakit yang terjadi saat kehamilan bisa
menyebabkan retardasi mental, terutama saat minggu-minggu pertama saat sistem
organ mulai terbentuk, dan hal ini menekankan pentingnya perawatan pra
kelahiran. Infeksi ibu seperti rubella (cacar Jerman), sifilis, dan
sitomegalovirus adalah jenis penyakit yang bisa menyebabkan retardasi. Penyakit
dan cedera saat masa kanak-kanak juga bisa menyebabkan retardasi mental setelah
kelahiran. Yang paling umum terjadi adalah ensefalitis dan meningitis, yang
menyerang otak secara langsung. Penyebab lain adalah trauma pada kepala akibat
cedera yang timbul karena perlakuan kasar terhadap anak, kecelakaan dalam
kendaraan bermotor, dan kecelakaan lainnya.
Diperkirakan ada 3% dari total populasi di
dunia mengalami retardasi mental, tetapi hanya sekitar 1-1.5% yang terdata.
Angka kelahiran bayi dengan IQ di bawah 50 adalah 3,6 per 1000 kelahiran hidup.
Pada 80% kasus retardasi mental tidak
diketahui penyebabnya, tapi sebagian besar anak dengan retardasi berat sangat
mudah diidentifikasi. Penyebab timbulnya retardasi bisa terjadi pada masa-masa
prenatal (sebelum lahir), perinatal (masa kelahiran) maupun masa postnatal
(sesudah lahir).
Sedangkan, pada masa prenatal, penyebab
bisa oleh kelainan genetik dari kromosom atau kelainan bawaan atau penyakit
infeksi. Anoksia (ketiadaan atau kekurangan oksigen), gangguan metabolisme
(ch.hypothyroid, hypoglikemi), atau trauma pada masa sebelum kelahiran juga
besar kemungkinannya sebagai penyebab retardasi.
Komplikasi prenatal (saat kelahiran)
Perdarahan, lahir dengan forcep, plasenta
previa, preeklamsia, asfiksia neonatorum bisa meningkatkan resiko terjadinya
mental retardasi. Berat badan lahir rendah, umur kehamilan rendah juga
mempertinggi insidens mental retardasi. Bayi prematur dengan berat badan lahir
kurang dari 1,5 kg memiliki risiko 10-50% untuk menjadi retardasi tergantung
dari kualitas penanganan yang diberikan. Oleh karena itu bayi dengan risiko
untuk menjadi retardasi membutuhkan penangan yang optimal selama tahun-tahun
pertama sesudah kelahiran.
Diagnosa
Pemeriksaan psikologis bisa dilakukan sebelum si anak
berusia cukup untuk masuk sekolah untuk menentukan apakah ia mengalami
retardasi mental. Karena banyak variasi dalam perkembangan anak, anak berusia
sangat muda mungkin berkembang lebih lambat daripada teman sebayanya tetapi
belum tentu ia mengalami retardasi mental.
Asosiasi Psikiaterik Amerika mengemukakan kriteria
berikut untuk diagnosis
retardasi mental:
retardasi mental:
-
IQ
yang jauh dibawah rata-rata (70 kebawah)
-
Daya
fungsi adaptasi yang lemah dalam hal ketrampilan sosial, tanggung
jawab, komunikasi, kesaling-bebasan, ketrampilan hidup sehari-hari,
kesanggupan untuk mencukupi diri sendiri yang lambat jika dibandingkan
dengan usianya.
jawab, komunikasi, kesaling-bebasan, ketrampilan hidup sehari-hari,
kesanggupan untuk mencukupi diri sendiri yang lambat jika dibandingkan
dengan usianya.
-
Serangan
sebelum usia 18 tahun.
Pengobatan
Pencegahan retardasi mental melalui perawatan pra
kelahiran dan pengendalian infeksi secara lebih baik adalah pengobatan yang
terbaik. Setelah retardasi mental berhasil didiagnosa, fungsi sosial dan
intelektual anak bisa ditingkatkan melalui program yang dirancang untuk
merangsang perkembangan. Kini sekolah
mulai mengadakan pelatihan bicara dan bahasa, terapi bermain, dan ketrampilan
sosial.
Orang tua mungkin merasa sangat terbebani secara
fisik maupun mental saat harus merawat anak yang mengidap retardasi mental.
Konsultasi orang tua sangat penting untuk mengatasi stres serta bisa membantu
mengidentifikasi rasa marah dan bersalah yang mungkin timbul dalam situasi
seperti ini.
Pencegahan
Perawatan pra kelahiran yang baik mampu
mencegah infeksi yang bisa mengakibatkan retardasi mental pada janin.
Macam-macam tingkat
retardasi mental (MENURUT PPDGJ III) :
TINGKAT R.M
|
I.Q
|
ISTILAH DULU
|
RINGAN
|
50-70
|
DEBIL
|
SEDANG
|
35-49
|
IMBESIL RINGAN
|
BERAT
|
20-34
|
IMBESIL BERAT
|
SANGAT BERAT < 20
|
|
IDIOT
|
FUNGSI INTELEKTUAL
AMBANG (BORDERLINE)
IQ 71-84 (TIDAK
TERMASUK R.M.)
INSIDENS R.M: 1-3% RM RINGAN 75%
RM
SEDANG /
BERAT/
SANGAT BERAT 25%
Analisis Masalah
Analisis pada kasus AA
dijelaskan berawal dari latar belakang keluarga mendominasi permasalahan yang
muncul dalam diri klien yang dapat mengganggu perkembangan klien, sehingga
klien menjadi seperti sekarang. Saat usia klien menginjak 15 tahun, namun klien masih bersikap selayaknya
anak kecil. Apalagi, di rumah klien lebih banyak bergaul dengan teman yang
lebih kecil darinya. Klien yang merasa dibuang oleh ayah dan ibunya, akhirnya
ia mencari perhatian kepada setiap orang. Pendidikan di keluarganya yang keras
dan selalu menjustifikasi klien selalu salah, membuat perkembangan klien
terhambat. Klien menjadi tidak percaya diri, dan kecemasan yang sangat tinggi
menghinggap pada diri klien. Sehingga, klien takut untuk berbuat apapun.
Kemudian, emosi klien yang tidak stabil dimana setiap saat bisa berubah, dan mudah
meledak. Untuk melampiaskan amarahnya, selain klien agresif verbal, ia juga tak
segan melakukan agresif non-verbal.
Treatment-treatment
yang digunakan untuk klien
- Reward and punishment
- Sharing/dialog/diskusi
- Latihan konsentrasi
- Bina Diri.
- Penanaman normatif
- Kontrol sikap
- Latihan kedsiplinan
- Tugas individual dan kelompok.
Evaluasi dan
perkembangan klien
Pada saat minggu-mimggu terakhir klien sudah
mengalami perubahan penanaman normative dan kepercayaan ada peningkatan, klien
sudah bisa mengendalikan emosi dengan baik, reward and punishment efektif
dilakukan pada klien, sudah jarang mengganggu teman perempuan, bina diri
lumanyan ada peningkatan. Meskipun ada beberapa yang tidak mengalami perubahan,
antara lain latihan konsentrasi tidak begitu ada peningkatan, klien masih suka
menimpakan kesalahan pada orang lain.
Bimbingan
Lanjut
Di sekolah
1.
Pemberian kepercayaan untuk memimpin guna meningkatkan
kepercayaan diri.
2. Didudukkan di depan agar konsentrasi
membaik.
3. Guru berperan sebagai pengganti
orangtua, karena selama ini tidak adanya orangtua di samping klien.
4. Guru harus memberikan kasih sayang dari
murid-murid lainnya.
5.
Kontrol sikap.
Di rumah
1. Pemberian tugas sehari-hari di rumah
seperti pekerjaan rumah tangga terkontrol.
2.
Penanaman normatif.
3.
Reward and punishment
KESIMPULAN
Dari pemaparan yang dijelaskan di
atas, dapat disimpulkan bahwa retardasi mental merupakan salah satu gangguan
yang biasa dialami oleh anak ketika masih masuk dalam kategori kanak-kanak
hingga beranjak pada masa remaja, IQ di bawah 70. Banyak faktor yang mempengaruhi munculnya gangguan
ini, misalnya dari faktor genetik. Dan, psikoanalisa dan psikososial memandang
bahwa retardasi mental muncul dikarenakan pada masa kanak-kanak yang kurang
harmonis dengan lingkungan sekitar, terutama dengan keluarganya. Kemudian,
kurangnya stimulasi sosial, intelektual, dan bahasa. Behaviorisme memandang
bahwa adanya kesalahan mendidik anak, yang mana orang tua kurang seimbang dalam
memberikan reward dan punishment.
Daftar Referensi :
Ardani, Tristiadi Ardi dkk.2007.Psikologi Klinis.Yogyakarta:Graha
Ilmu.
Desmita.2006.Paikologi Perkembangan.Cetakan
Kedua.Bandung:Remaja Rosdakarya.
Edy, Ayah.2008.37 Kebiasaan Orang Tua yang
Menghasilkan Perilaku Buruk pada Anak.
Cetakan
Kelima.Jakarta:Gramedia.
Kartono. Kartini.2007.Psikologi Anak.Cetakan
Keenam.Bandung:Mandar Maju.
Santrock, John.W.1995.Life-Span
Development (Perkembangan Masa Hidup)-
Jilid 1.Edisi
kelima.Jakarta:Penerbit Erlangga.
Sulaeman, Dr.Dadang.1995.Psikologi Remaja.Bandung:Mandar
Maju.
Sundberg, Norman D.,dkk.2007.Psikologi Klinis.Cetakan
Pertama.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Supratiknya, A.1993.Teori-Teori Psikodinamik (Klinis).Yogyakarta:Kanisius.
http://internasional.kompas.com/read/xml/2008/02/18/1245417/gangguan.genetik.picu.retardasi.mental
http://c3i.sabda.org/kategori/anak-parenting/isi/?id=14&mulai=60
http://mdopost.com/news/index.php?option=com_content&task=view&id=11719&Itemid=9
http://www.freewebs.com/retardasimental/hakrmsebagaisipil.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Butuh banget masukan dan komentar yg membangun, trims yaaa... :)