About Andda

Foto saya
Surabaya, East Java, Indonesia
I'm an ordinary female with great passion. I'm psychologist wannabe soon, and also stars, shoes, travelling, rainbow-lovers... Just send me via email, tell ur problems, n' i'll help u, inshaallah. :) I'm chocomilk, dragonfruit n' yoghurt lovers, gadget freak, n' books lover.
Free Music Online
Free Music Online

free music at divine-music.info

Jumat, 01 Maret 2013

Nggak Usah Tutup Hidung deh..!


Kemarin siang seperti biasa kegiatan di akhir bulan yakni berkumpul dengan keluarga. Ibu saya tiba di Malang tepa lima hari yang lalu. Saya janjian dengan kakak pertama saya di terminal Lnadungsari, boleh dikatakan kalo saya dan kakak takut menyetir motor, bahasa kerennya sih, karna ketularan kecemasan ibu kami. Ya sudahlah, itu di luar konteks.
Sedikit terlambat saya dan ibu tiba di terminal Landungsari, kakak saya sudah manyun gitu. Karena, keponakan saya, si Afif sedang sakit batuk dan pilek, penyakitnya anak kecil. Tiba-tiba ada orangtua laki-laki beretnis tionghoa memasuki angkot kami yang sedang menunggu penumpang lainnya, awalnya berjalan lancer. Sehingga, tiba-tiba saya mencium bau pesing yang berasal dari om-om cina itu. Teman om itu menunggu di luar angkot, dan om itu minita turun dari angkot.
Saya berpura-pura tidak tahu, sampai semua orang seisi angkot menyadari bau pesing tersebut. Saya tetap berpura-pura tidak tahu karena saya mengerti kondisi om itu kalo sedang menderita sakit stroke. Sehingga, saya menyimpulkna bahwa NGGAK ADA YANG SALAH SAMA OM ITU KALAU PIPIS DI CELANA. Walaupun secara etika social itu tidaklah sopan, alangkah lebih baik kita mentolerir tindakan om-om itu.
Jujur saya sebal dengan respon negatif yang ditnjukkan penumpang angkot yang akhirnya jalan juga itu angkot, kayak ibu-ibu muda, ibu paroh baya bahkan anak kecil. Saya sebal karena, mereka tidak peduli dengan apa yang dirasakan om itu. Terlihat sekali, om itu menampakkan wajah malu dan bersalah. Tapi, mau gimana lagi, namanya juga orang sedang sakit, masa’ kita masih menyalahkan om itu? I think it’s not fair. Apakah cukup saya adil bila mengatakan maklum kepada para penumpang yang menutup hidung mereka karena mereka kurang merasakan kekuatan pendidikan di bangku sekolah dulu, sehingga harus tahu bagaimana untuk bersikap yang baik?
Social judgement yang ditunjukkan oleh penumpang angkot itulah sebagian kecil gambaran ketidakpedulian kita sebagai masyarakat yang peduli dengan penderita stroke. Public area facilities di Indonesia yang notabene belumlah humanis bagi para penderita atau orang berkebutuhan khusus juga memberikan efek tertentu bagi si empunya faktor x. Ini Indonesia yang katanya ramah, namun masih kurang peduli dengan saudaranya sendiri.
Saya dan ibu saya tidak menutup hidung walapun kami mencium bau pesing, apalagi om itu tepat berada di depan saya. Saya tetap asik makan roti walaupun bau pesing menyengat hidung. Saya melakukan itu karena saya sebagai manusia yang sehat jasmani dan mindset saya, terlebih saya adalah manusia yang belajar di bangku kuliah, maka saya harus tahu bagaimana untuk beretika humanis di lingkungan masyarakat, itu sebagai bentuk dukungan social saya kepada para empu pemilik faktor x.
Apabila sikap para penumpang angkot yang kurang menyenangkan seperti kemarin itu, dapat menurunkan semangat sembuh bagi si om, dan kebermaknaan hidupnya yang bisa menurun. Akhirnya kesejahteraan psikologis berapa orang lagi yang akan terancam karena labeling masyarakat atas sakitnya itu?
Dan, seharusnya keluarga om itu juga peduli bagaimana untuk memperlakukan om itu ketika di lingkungan masyarakat, bisa saja toh om itu dibelikan popok dewasa, harganya antara 30-70ribu di swalayan (karena, saya selalu membelikan popok dewasa untuk nenek saya yang berusia 83 tahun), masa’ segitu aja nggak mampu beli? agar om itu tidak mengganggu kenyamanan masyarakat. Kepedulian inter-individual itu sangat diperlukan demi kesembuhan om itu dan kenyamanan bersama. Intinya, kita harus sama-sama tahu untuk bersikap seharusnya di lingkungan masyarakat lah, nggak seenaknya sendiri gitu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Butuh banget masukan dan komentar yg membangun, trims yaaa... :)