Ibu I (Ibu
Khodijah) usia 35th: Ibu yang sangat baik, sangat memahami si anak, ibu
yang sikapnya lembut pada anak, dan sabar, suka memberi nasehat, dan
selalu tersenyum, tidak pernah marah, dan tegas. (AULIA)
Ibu 2 (Ibu
Zulaikha) usia 35th : Ibu yang kejam, suka memukul anak jika anak
sedikit membangkang atau melakukan kesalahan pada orangtua, hubungan
tidak rukun dengan suami, suka marah, terlalu keras pada anak. (LINA)
Anak I (Sholih) usia 12th: anak dari ibu Khodijah, anaknya baik, penurut, pintar, prestasi di sekolah baik, tidak pernah bertengkar, selalu ranking satu di sekolah, berani, dan jujur, rajin belajar. (ROFIQ)
Anak
2 (Sholihah) usia 7 th: anak dari ibu Khodijah, anaknya baik, penurut,
pintar, prestasi di sekolah selalu baik, selalu melerai teman jika
bertengkar, berani, jujur, suka menolong, perhatian pada orangtua dan
saudara, serta teman, rajin belajar. (BELLA)
Anak
3 (Abu) usia 12th: anaknya suka memukul dan berkelahi, omongannya
kasar, tidak hormat pada orangtua, suka membolos, tidak jujur, nilainya
selalu jelek. (INDRA)
Anak
4 (Lai) usia 7th : anaknya genit, suka menggoda pria dewasa, omongannya
kasar, suka memukul, malas belajar, nilainya selalu jelek, suka
berbohong, kurang perhatian orangtua. (NIA)
Ayah
I (Muhammad) ayah anak 1 dan 2, suami istri 1, usia 40th: ayah yang
baik, perhatian pada keluarga, tidak pernah marah, tegas, selalu
mendampingi anaknya belajar, sabar, suka memberi nasihat. (BRIAN)
Ayah
2 (Fir’aun) : sombong, kejam, suka memukul anak, suka membentak istri
dan anak, suka mabuk-mabukan, dan sering merokok, suka berjudi, malas
bekerja. (YANUAR)
Nenek Minah : Nenek yang mau menyeberang jalan (NELI)
Bu Fatimah :Guru yang baik hati (NELA)
Sahabat Lai : Ina (LUSI)
Sahabat Sholih : Aisyah (YOLANDA)
Sahabat Sholihah : Fai (MEME)
PROLOG
Di
suatu desa yang sangat indah, penduduknya tergolong ramah dan suka
bergotong royong. Penduduknya sangat rukun dan sangat mengenal satu sama
lain walaupun tempat tinggalnya berbeda RT, RW, bahkan dukuh. Tetapi,
desa itu memiliki permasalahan, banyak kasus orangtua yang bercerai
karena keegoisan mereka dengan tidak memperhatikan nasib dan
perkembangan anaknya, karena faktor ekonomi dan negara yang kurang
konsisten membimbing untuk mencapai kesejahteraan warga negaranya
sehingga masih banyak yang miskin tapi korupsi para pejabat masih
merajalela di instansi kenegaraan yang menjadi lahan subur, akhirnya
nekat untuk bekerja ke luar negeri dan meninggalkan anak-anak mereka
tanpa tahu tumbuh kembang anak selama mereka tidak ada, anak-anak pun
terganggu dalam perkembangannya. Seharusnya, masa anak-anak adalah masa
emas karena sebagai pondasi perkembangan dan pertumbuhan mereka kelak
ketika sudah menjadi sosok yang matang sebagai seseorang yang dewasa.
Dengan
sedikit permasalahan itu, banyak juga keluarga yang rukun dan kuat
mempertahankan hubungan rumahtangganya sehingga anak bisa tumbuh dan
berkembang dengan semestinya, masih ada keluarga yang sakinah, mawaddah,
dan warohmah di desa tersebut, Insya Allah.
Di
antara sekian banyak kepala keluarga, ada dua keluarga yang sangat
bertolak belakang dalam kehidupan dan cara mendidik si anak. Keluarga
pertama adalah keluarga bapak Fir’aun, keluarga ini tidak rukun, bapak
Fir’aun sering bertengkar dengan istrinya, panggil saja ibu Zulaikhah,
dan anaknya pun juga jadi sasaran amarah, anaknya bernama Abu kelas 6 SD
dan Lai kelas 2 SD, masih sekolah di SD Ulul Albab di desa itu, dan
menjadi anak yang bermasalah.
Keluarga
kedua adalah keluarga bapak Muhammad, istrinya bernama ibu Khodijah.
Keluarga tersebut rukun dan sederhana, banyak tetangga yang iri dan
salut pada hubungan mereka, karena ketika ada masalah dalam keluarga
selalu dihadapi dengan kepala dingin dan dengan jalan musyawarah, anak
mereka bernama Sholih dan Sholihah pun menganggap orangtuanya bukan
sekedar orangtua, akan tetapi sebagai sahabat. Sholih dan Sholihah
bersekolah di sekolah dan kelas yang sama dengan Abu dan Lai.
ADEGAN I
Di pagi yang cerah
Di rumah Bapak Fir’aun.
Zulaikha : “Abuuu…Laiii…Banguuun…sudah pagi! Cepetan berangkat sekolah!”
(sambil memasak di dapur)
Abu : “Iyoyo,bu. Cerewet banget sih!” (sambil mengucek mata)
Zulaikha : “Kurang ajar kamu, ngatain ibu kurangajar! Cepetan!”
(sambil membawa sutil menuju Abu dan menjulurkan sutil ke tangan Abu)
Abu : “Aduh, sakit,bu!” (sambil mengerang dan meniup lukanya).
Zulaikha : “Mangkane ta, ojok kurangajar karo ibu! Ndang adus kono!”
Abu : (Abu melotot ke ibunya sembari meninggalkan ibunya)
Lai : (Lai melihat ke ibu)
Zulaikha : “Ndang adus kono, iki pisan melok-melok mas’e kono! Bangunin bapakmu
dulu tuh! Tidur terus, emang nggak kerja hari ini?”
(sambil mendorong kepala Lai)
Lai : “Iya” (meninggalkan ibu dan menuju ayah yang masih tidur)
(Pak Fir’aun masih pulas tidurnya)
Lai : “Pak, bangun! Bangun,pak!” (sambil menggoyang-goyangkan badan ayah)
Fir’aun : “Opo seh?! Bapak masih ngantuk, engkok ae! Sana kamu berangkat sekolah!”
(Fir’aun kembali tidur, dan Lai kembali ke ibunya)
Lai : “Bu, bapak nggak mau bangun lho!”
Zulaikha :
“Oh, pancene bapakmu iku. Nggak bener samasekali. Kerjaannya mabuk judi
terus! Merokok yo bablas, susu anak’e nggak dibeliin” (mengomel sambi
menuju bapak). “Pak, tangi! Wes isuk iki! Nggak kerjo a?”
Fir’aun : “Opo seh,bu. Wes talah, masak kono!”
Zulaikha :
“Opo-opo, yo tangi! Ndang adus terus budhal kerjo! Mangkane ojok mabuk
ae, mulih bengi, nggak nggowo duwit, malang ngabisin duit. Judine iku
pisan terusno ae!”
Fir’aun : “Lambemu iku lho jogoen!” (membentak)
Lai dan Abu : (mengintip dan berangkat sekolah)
ADEGAN 2 :
Di rumah bapak Muhammad.
Ibu :
“Sholih, Sholihah sayaaang…sudah bangun? Ayok bangun dulu! Sholat
Shubuh, setelah itu segera mandi dan berangkat sekolah,jangan lupa
sarapan dulu ya,sayang.”
(Sholih dan Sholihah mendatangi ibu dan mengucek mata)
(Mereka sekeluarga sholat shubuh berjama’ah, setelah sholat berjama’ah ibu menyuruh Sholih membantu ayah membersihkan rumah)
Ibu : “Sholih, Sholihah, kamu membantu bapak membersihkan rumah ya!”
Sholihah : “Ibu masak apa? Sholihah bantuin ya! Kak sholih yang membantu bapak aja.”
Sholih : “Iya.”
(Ibu tersenyum dan mengangguk kemudian ibu dan Sholihah menuju dapur. Sholih dan ayah membersihkan rumah)
(Sholihah dan ibu memasak)
(Ayah yang selesai bersih-bersih rumah menghampiri Ibu, dan Sholih mandi)
Bapak : “Istriku yang sholihah, hari ini masak apa? Hmm…sepertinya enak nih!
Jadi tidak sabar untuk menghabiskan makanan nih! hehe”
Ibu : “Ah,bapak bisa saja! Ibu memasak tumis dan ikan.”
Sholih selesai mandi dan memanggil adiknya
Sholih : “Adiiik… kakak sudah selesai mandi, sekarang giliran kamu.”
Sholihah : “Iya,kak.”
Setelah Sholih dan Sholihah selesai mandi, mereka sarapan bersama ayah dan ibu.
(Setelah sarapan, Sholih dan Sholihah pamit kepada orangtuanya dan bersalaman).
Sholih Sholihah pamit : “Assalaamu’alaikum”
Ayah dan Ibu : “Wa’alaikumsalam”
Ayah : “Hati-hati di jalan. Selamat belajar.”
ADEGAN 3 :
Di sekolah, Abu berdiri di depan sekolah.
Abu : “Ah, males sekolah! Bolos sajalah! Mau main aja! Lai, bolos yuk! Males nih masuk!”
Lai : “Bolos kemana,kak?”
Abu : “Ya, maen, bego! Ayo, tapi jangan bilang bapak sama ibu ya! Kalau ngomong,
awas kamu!”
Lai : “Iya,kak”
Abu : “Yuk!”
Ina pun lewat, dan Lai memanggilnya.
Lai : “Ina, ikut kami yuk!”
Ina : “Kemana?”
Lai : “Bolos.”
Ina : “Ayo, bosen nih! Aku sebel tadi lihat orangtuaku bertengkar lagi membahas
cerai.”
Lai : “Sama donk! Ya udah, berangkat yuk!”
(mereka pun meninggalkan sekolah)
Di jalan, mereka berpapasan dengan Sholih dan Sholihah. Dan Sholih menyapa Abu, Ina dan Lai.
Sholih : “Selamat pagi, Abu dan Lai! Kalian mau kemana? Kok balik lagi?”
Abu : “Yok! Mau main. Daripada sekolah, males.”
Sholihah : “Berarti kamu bolos donk?”
Abu : “Emang kenapa?”
Sholih : “Itu’kan perbuatan yang tidak terpuji, apalagi tidak ijin sama bu guru.”
Sholihah : “Kalian sama aja membohongi orangtua kalian.”
Lai :
“Kita tidak peduli. Toh, ibu sama bapakku nggak ngurusin. Bapak juga
masih tidur jam segini. Jadi, nggak bakal ketahuan. hahaha” (sambil
ketawa)
Sholih : “Masya Allah”
Lai : “Ya udah, kami cabut dulu ya!”
Lai dan Abu meninggalkan Sholih dan Sholihah, dan kedua anak pak Muhammad dan bu Khodijah melanjutkan perjalanan ke sekolah,
Di dalam kelas
Guru : “Selamat pagi,anak-anak pintar!”
Sholih dan Aisyah : “Selamat pagi,bu.”
Guru : “Ibu absen dulu ya! Aisyah?”
Aisyah : “Hadir,bu!”
Guru : “Sholih?”
Sholih : “Hadir,bu.”
Guru : “Abu?”
Sholih : “Tidak hadir,bu. Tadi saya ketemu Abu di depan sekolah, katanya malas sekolah.”
Guru : “Kenapa?”
Sholih : “Tidak tahu,bu.”
Guru : “Ya sudah. Yang penting kalian tidak meniru perbuatan itu, karena
membolos adalah perbuatan yang tidak terpuji, dan tidak disukai oleh
Tuhan.”
Sholih dan Aisyah : “Iya,bu.”
Guru : ”Baik, sekarang kita membahas PR kemarin ya!”
Di kelas Sholihah,
Guru : “Sholihah, kamu tahu Lai kemana ya?”
Sholihah : “Tadi Lai ikut kakaknya tidak masuk sekolah,bu.”
Guru : “Ya sudah, nanti ibu yang urus.”
Sambil berbisik Fai, sahabat Aisyah, bertanya pada Aisyah
Fai : “Aisyah, memang Lai kemana?”
Sholihah : “Membolos”
Fai pun mengangguk.
ADEGAN 4
Di jalan
Abu, Lai dan Ina duduk di pinggir jalan. Ada cowok yang lewat, dan digoda oleh Lai.
Lai : “Mas…mas…menoleh dulu donk!”
Cowok itu hanya menggeleng kepala. Abu, Lai, dan Ina pun ketawa.
Sepulang
sekolah, Sholih, Sholihah, dan Fai bertemu nenek tua yang mau
menyeberang. Dan di pinggir jalan mereka bertemu dengan Abu, Lai, dan
Ina yang sedang makan jajan.
Sholihah : “Kakak, Fai, ada nenek tua yang mau menyeberang tuh! Yuk kita bantu!”
Sholih dan Fai : “Ayo…ayo…”
Ketika Sholih, Sholihah, dan Fai hendak membantu nenek menyeberang, Abu yang melihat mereka, lalu menghampiri mereka.
Abu : “Kalian mau ngapain?”
Fai : “Kita mau membantu nenek itu, Abu. Kasihan nenek itu mau menyeberang.”
Lai : “Nggak usah dibantu, kan nenek itu bisa menyeberang sendiri.”
Sholihah : “Ya tidak boleh seperti itu. Kata bapak sama ibuku, kita harus saling tolong menolong.”
Ina : “Nggak penting.”
Sholih menggandeng nenek itu
Sholih : “Nenek, mari kami bantu menyeberang.”
Nenek : “Oh iya,nak. Terimakasih ya! Kalian memang anak-anak yang baik.”
Abu menghalangi jalan di depan mereka sambil ketawa
Abu : “Nggak boleh lewat, nggak boleh lewat. Hayooo…hahahaha”
Ada
sebuah motor yang melaju dengan sangat kencang dan menyerempet Abu. Abu
pun jatuh, dan mengerang. Semua yang ada di situ membantu Abu.
ADEGAN 5
Di
rumah Abu. Abu terbaring di tempat tidurnya, di ruangan itu ada
orangtua Sholih dan Sholihah, orangtua Abu dan Lai, Sholih, Sholihah,
Lai, Ina, dan Fai.
Abu memulai pembicaraan
Abu :
“Maafin Abu ya, Sholih, Sholihah, dan Fai. Abu pengen punya orangtua
kayak orangtuamu. Kayaknya nggak pernah marah, dan lembut sekali, bisa
menjadi sahabat.”
Sholih :
“Iya, nggak apa-apa. Maafkan kita juga ya! Walaupun orangtua kamu keras
sama kamu, tapi mereka sayang sama kamu, hanya saja caranya yang
keliru.”
Lai : “Iya.”
Muhammad : “Yang jelas menjadi orangtua harus tegas, tapi tidak keras.”
Fir’aun : “Iya,pak. Saya menyesal jika anak-anak saya jika nanti seperti saya.”
Zulaikha : “Saya juga menyesal sering memukul mereka, dan menjadikan mereka takut
sama saya.”
Khodijah : “Yang jelas kita sebagai orangtua bisa menjadi sahabat anak kita.”
Sholihah : “Iya, saya dan kak Sholih juga menganggap orangtua kita sebagai
sahabat kita, bukan sekedar menjadi orangtua semata.”
Semua pun tertawa dan bersalaman…
Itulah
akhir dari psikodrama ini, hikamahnya adalah orangtua merupakan pelukis
anak, anak merupakan tabularasa. Anak menjadi bermasalah jika orangtua
keliru dalam pola asuhnya. Jadikan anak sahabat anda!
(Ditampilkan pada program unggulan kelompok Karangkates 1 pada talkshow pola asuh orangtua yang baik bagi perkembangan anak tema “Kenali Dunia Anak Anda!” di Kab. Malang)
Written by : Pustakasari
Directors team : Pustakasari, Helmi dan Sun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Butuh banget masukan dan komentar yg membangun, trims yaaa... :)