About Andda

Foto saya
Surabaya, East Java, Indonesia
I'm an ordinary female with great passion. I'm psychologist wannabe soon, and also stars, shoes, travelling, rainbow-lovers... Just send me via email, tell ur problems, n' i'll help u, inshaallah. :) I'm chocomilk, dragonfruit n' yoghurt lovers, gadget freak, n' books lover.
Free Music Online
Free Music Online

free music at divine-music.info

Kamis, 07 Maret 2013

PENANGANAN PERMASALAHAN PSIKOLOGIS DI LEMBAGA PERMASYARAKATAN WANITA KELAS II A SUKUN - MALANG (Psikodiagnostik III)








HASIL WAWANCARA
            Wawancara ini dilaksanakan pada proses pelaksanaan studi lapangan di Lembaga Permasyarakat Wanita Kelas IIA Sukun, Malang, tepatnya di aula serbaguna di samping pewawancara lain. Interviewer terdiri atas menggunakan inisial A dan E dengan narasumber salah satu narapidana Lapas Wanita yang bertempat di Blok IV kamar 1 yaitu B (inisial ibu Beng) yang berusia 42 tahun. Berikut proses wawancara kami:
A    : Assalaamu’alaikum, ibu. (sembari bersalaman dengan B, disusul E menyalami B). Saya Azizah, dan ini teman saya Enda ingin meminta waktu ibu sebentar guna wawancara. Kami harap ibu berkenan kami wawancarai.
B    : Iya, nggak apa-apa, mbak. (tersenyum)
E     : Sebelumnya maaf, bu. Apabila kami menggangu aktivitas ibu. Bisa dimulai ?
B    : (mengangguk)
A    : Siapa nama ibu? Dan berusia berapa sekarang ?
B    : Nama saya Beng, mbak. Umur saya sudah 42 tahun.
E     : Ibu berasal darimana?
B    : Saya asli Pemalang, Jawa Tengah.
A    : Ibu sudah berapa lama di sini?
B    : Sudah setahun tiga hari, mbak. Jadi saya ninggal anak saya yang di Pemalang, mbak. Saya khawatir sekali dengan anak-anak saya.
E     : Oh, putra putri ibu ada berapa?
B    : Anak saya empat, mbak. 3 laki-laki, 1 perempuan. Masih kecil-kecil, mbak. Yang paling besar berumur 12 tahun, dan yang paling kecil umurnya 2 tahun.
A    : Berarti anak-anak sekarang tinggal sama bapak?
B    : Nggak, mbak. Mereka tinggal sendiri, paling ada saudara saya yang menemani sesekali. Suami saya sudah meninggal 3 sebelum saya di penjara.
A    : Meninggal karena apa?
B    : kecelakaan pas ikut proyek di Jakarta.
E     : Bagaimana ceritanya ibu bisa sampai di sini?
B    : Ceritanya panjang, mbak. (menahan tangis). Dulu saya pas ke Jakarta selang suami saya meninggal, waktu itu saya kenalan sama seorang laki-laki namanya Karyo di Grogol, pas dalam perjalanan pulang ke Pemalang. Karyo dari Kalong (Pekalongan). Dia tanya alamat rumah saya, saya tanya kenapa? Kata Karyo, ya nanti mungkin dia mau main ke rumah. Saya kasih alamat rumah saya di Pemalang, mbak. Dua minggu kemudian, Karyo datang, dia bilang mau cari pembantu. Kebetulan tetangga saya perempuan yang sudah bersuami, hanya saja dia nggak suka sama suaminya dan berniat pergi dari rumah, mendengar kalau ada orang mau cari pembantu. Dia datang ke rumah dan tanya ke saya, “Mbak Beng, katanya ada orang mau cari pembantu ya? Saya ikut, mbak Beng. Saya ingin kerja.”. kebetulan Karyo ada di situ, dan perempuan itu ikut Karyo ke Surabaya. Beberapa lama kemudian, ada polisi datang ke rumah saya. Awalnya tanya orang yang namanya Karyo, ya saya cerita apa adanya, mbak. Polisi cerita kalau tetangga saya dijual jadi pelacur di Surabaya, tepatnya di Dolly. Dulu saya nggak tahu Dolly itu apa. Ternyata tempat pelacuran resmi di sana. Tetangga saya sempat melayani beberapa pelanggan, hanya saja dia nggak dibayar sama germonya. Lalu, tetangga saya lapor ke polisi. Akhirnya saya yang ditangkap, mbak. Sebagai ganti karena Karyo kabur, dan belum ditemukan polisi. Kata polisis di Pekalongan, Karyo sering ditahan di sana. Sebenarnya Karyo yang dipenjara, mbak. Saya hanya dijebak, tetapi saya terpaksa dipenjara dengan alasan penipuan.
A    : Lalu, bagaimana dengan anak-anak ibu waktu itu?
B    : Waktu itu saya baru menyusui, mbak. Ya terpaksa saya tinggal. Di kampusng saya nggak ada orang yang pernah ditahan, hanya saya saja, itu pun di jebak. Para tetangga ya kaget semua, mbak. Karena, mendengar saya dipenjara. Sebelum sampai di Malang, saya dibawa ke Surabaya dulu, mbak. Saya ditahan di Medaeng tiga bulan, sambil nunggu proses pengadilan.
E     : Ibu divonis berapa tahun?
B    : Saya divonis 4 tahun penjara, mbak. Saya kaget, lha saya tiba-tiba diberitahu kalau hukuman saya 4 tahun, padahal saya nggak ikut persidangan waktu itu, sempat sesekali saja. Selama persidangan tetangga saya sudah bela saya, mbak. Tapi, mau gimana lagi. Saya harus gantiin si Karyo. Tapi, kata petugas Lapas hukuman saya dipotong 2 tahun, dapat remisi dari pemerintah pas Lebaran kemarin. Tapi ya gitu, mbak. Saya harus mengikuti mas percobaan dulu di penjara. Setelah divonis, saya langsung dibawa ke sini, mbak. (mengusap pipi, karena menangis)
A    : Bagaimana perasaan ibu selama di sini (Lapas) ?
B    : Ya, nggak kerasan, mbak. Saya mikirin anak saya terus, rasanya saya mau mati saja. Saya mikir anak saya kalau nggak da saya bagaimana, bisa makan apa nggak. Sya stres banget, mbak.
E     : kegiatan ibu di sini ngapain aja?
B    : di sini ada programnya, mbak. Ada piket. Jadi pagi itu menyapu dan beres-beres. Kalau sore sya jarang nonton tivi, mbak. Karena saya kerja di kebun, saya menanam puhung, ketela, kalau sudah panen, dipakai buat tambahan makanan di penjara. Ada kegiatan sholat berjama’ah, wajib ikut sholat Dhuhur dan Maghrib.terus pengajian,kalau saya di dalam sel terus ya tambah kepikiran anak saya. Kalau banyak kegiatan di sini kan enak, bisa nggak terlalu kepikiran anak-anak. Dibanding dengan dulu ya perasaan saya massih baikan sekarang, karena sibuk.
A    : Bagaimana dengan orang-orang di sini,bu? Teman-temannya maupun petugasnya?
B    : Semuanya baik kok, mbak. Petugasnya sering kasih masukan ke saya. Kalau teman-temannya juga akur. Malah kita ada arisan mie instan, mbak. Jadi, siapa yang menang dapat mie banyak lalu kita bagi-bagi, dimakan bersama. Ketua bloknya juga baik, namanya mami Cindy, dia narapidana dari Surabaya kena kasus narkoba, dia orang Cina tapi sudah masuk Islam. Blok saya memang terkenal kompak dan mudah diatur. Nggak kayak blok lain yang susah diatur.
E     : Oh, begitu. Baik, ibu. Sekian dari wawancara kami. Terima kasih atas perhatian dan kesediaan ibu serta kerjasamanya selama proses wawancara berlangsung. Kami minta maaf apabila ada pertanyaa yang kurang berkenan di hati ibu.
B    : Sama-sama, mbak.
A&E    : menyalami B secara bergantian.

KESIMPULAN

Dari kajian teori dan hasil wawancara, disimpulkan bahwa Ibu Beng mengalami stres mendekati depresi, dikarenakan syok mendapat musibah, sehingga tertekan dengan keadaan yang ada. Terlebih lagi, ibu Beng harus meninggalkan anak-anaknya yang masih kecil. Ibu Beng mengalami gangguan kecemasan yang lumayan tinggi. Apalagi, Ibu Beng dijebak oleh orang yang baru dikenalnya. Fenomena tersebut sudah dianggap biasa, karena pada dasarnya kehidupan di penjara tidak baik bagi kondisi psikologis individu.
Oleh sebab itu, Lapas menyusun dan melaksanakan program-program guna mengembalikan atau mengurangi kondisi psikologis para tahanan dan narapidana yang tidak baik kondisi psikisnya. Misalnya saja seperti kegiatan sholat berjama’ah, pengajian, sharing, bekerja sesuai dengan piket, mebuat kerajinan tangan dan memproduksi kecap yang bisa dijual untuk umum. Dengan kegitaan tersebutm setidaknya berakibat baik bagi kondisi psikologis para tahanan dan narapidananya. Sikap pegawai yang baik menunjang hubungan emosional yang baik antara pegawai dengan tahanan dan narapidana.

I.               Pengertian Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan (Hadi, 1993).
Wawancara adalah perbincangan yang menjadi sarana untuk mendapatkan informasi tentang orang lain dengan tujuan penjelasan atau pemahaman tentang orang tersebut dalam hal tertentu.
II.               Alasan Menggunakan Wawancara
Beberapa situasi ketika alat ukur tidak dapat digunakan antara lain yaitu:
         subyek buta huruf.dan terlalu muda untuk merespon alat tes
         topik yang diukur bersifat pribadi, individual, rahasia.
         Situasi-situasi tersebut membutuhkan pendekatan yang lebih bersifat personal.
III.               Tujuan dan Fungsi Wawancara
1.   Pengukuran Psikologis
Data yang diperoleh dari wawancara akan diinterpretasi dalam rangka mendapat pemahaman tentang subyek dalam rangka melakukan diagnosis permasalahan subyek dan usaha mengatasi masalah tersebut.
2.   Pengumpulan Data Penelitian
a.    Pengumpulan Data Penelitian Kuantitatif
Informasi dikumpulkan  untuk mendapatkan penjelasan mengenai suatu fenomena. Data dikumpulkan dengan cara wawancara karena kuesioner atau alat ukur yang lain tidak dapat diterapkan pada subyek-subyek tertentu, atau ada kekhwatiran responden tidak mengisi atau kuesioner atau alat ukur yang lain atau responden tidak mengembalikannya kepada peneliti.
b.   Pengumpulan Data Kualitatif
Informasi yang diperoleh digunakan untuk mendapatkan pemehaman tentang suatu fenomena yang diteliti. Wawancara menjadi bagian dari penelitian survey ketika alat-alat ukur lain seperti kuesioner dianggap tidak mampu menangkap secara lebih mendalam informasi dari responden. Informasi bersifat kualitatif dan mendalam sehingga bersifat individual.
IV.               Kecakapan dalam Wawancara
1.         Persiapan dalam Wawancara
1)      Menjalin hubungan baik (rapport) dengan orang yang diwawancarai;
2)      Melatih kemahiran dan ketangkasan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan kecakapan memancing jawaban yang adequate;
3)      Menentukan subyek;
4)      Mengatur waktu dan tempat wawancara;
5)      Membuat guide interview atau pedoman wawancara;
6)      Try out preliminer;
7)      Checking terhadap kemampuan dan ketelitian jawaban.
2.         Strategi Wawancara
1)      Memantapkan Rapport;
2)      Menunjukkan Minat;
3)      Menangani Kecemasan;
4)      Mendorong Komunikasi.
3.         Faktor yang menghambat dan mendukung komunikasi dalam wawancara
v  Penghambat komunikasi
1)      Keperluan yang berkompetisi, pewawancara merasa tergesa-gesa karena ada keperluan lain;
2)      Etiket, orang yang diwawancara yakin bahwa suatu respon akan tidak dibenarkan;
3)      Trauma, orang yang diwawancara mengalami kembali sakit yang dirasakan ketika mengungkap persaan yang tidak menyenangkan berkaitan dengan pengalaman krisis;
4)      Melupakan, orang yang diwawancara tidak dapat mengingat beberapa informasi;
5)      Kekacauan kronologis, orang yang diwawancara mengalami kekacauan dengan urutan pengalamnnya;
6)      Kekacauan kesimpulan, orang yang diwawancara memberikan informasi yang tidak akurat dan membingungkan karena dia membuat kesimpulan yang salah;
7)      Perilaku tidak sadar, orang yang diwawancara tidak sadar akan perilaku yang tidak disadarinya.
v  Pendukung komunikasi
1)      Memenuhi harapan, orang yang diwawancara mencoba untuk konform dengan harapan pewawancara seperti yang dikomunikasikan secara verbal dan non verbal;
2)      Rekognisi, pewawancara mencoba untuk memberi  rekognisi yang tulus (penerimaan, pujian, penghargaan) ketika ada kesempatan yang tepat;
3)      Kebutuhan untuk dibimbing, kebutuhan untuk dibimbing akan memotivasinya untuk memberikan informasi;
4)      Pemahaman empatik, keinginan orang yang diwawncarai untuk dipahami dan didengarkan dengan simpatik akan mendukung wawancara, terutama ketika sikap empatik pewawancara diarahkan pada tujuan wawancara;
5)      Katarsis, kebutuhan orang yang diwawancara untuk katarsis (melepaskan diri dari ketegangan dengan cara menceritakan sumber ketegangan dan mengekspresikan perasaan) meningkatkan spontanitas wawancara ketika iklim penuh pemahaman yang empatik sudah terbentuk.
4.         Ketrampilan Wawancara
1)      Mendengarkan;
2)      Mengamati Suara dan Pembicaraan;
3)      Mengamati  Perilaku  Non Verbal;
Perilaku  non verbal
Kemungkinan makna
Kontak mata langsung
Kesiapan atau kesediaan untuk berkomunikasi interpersonal, perhatian
Menatap orang atau obyek terus menerus
Menantang, konfrontatif, cemas, kekakuan
Bibir terlipat
Stress, kemarahan, kekerasan, keras kepala
Menggeleng
Tidak setuju, tidak terima, tidak percaya
Duduk memutar badan dari pewawancara
Kesedihan, tidak berani, menolak diskusi
Gemetar, tangan nervous
Kecemasan, kemarahan
Mengetuk-ketukkan kaki
Ketidaksabaran, kecemasan
Berbisik
Kesulitan menceritakan topik

    V.            Aspek-Aspek Penting pada Relasi Ibu-Anak
Masalah penting yang harus dihadapi wanita dalam melaksanakan fungsi reproduksi itu dimulai dengan kehlamilan dan kelahiran bayi sampai pada pemeliharaan anak. Tugas paling berat bagi ibu muda tersebut ialah menciptakan unitas atau kesatuan yang harmonis di antara diri sendiri dengan anaknya. Dengan kata lain, ibu tersebut harus mampu “memanunggalkan diri” atau mengidentifikasikan diri secara selaras dengan bayi dan anaknya.
Jika ibu tersebut mengabdikan diri sepenuhnya pada tugas-tugass pelanggengan jenis manusia saja, dan segenap aspek kehidupan jiwanya dipenuhi tugas-tugas memelihara spesies manusia secara ekslusif, maka pasti dia akan kehilangan individualitasnya.
Tugas-tugas keibuan untuk mengabdi pada proses pelestarian spesies itu berlangsung sejajar dengan usia serta perkembangan anaknya. Misalnya saja, semua kegiatan ibu pada periode pertama dan bayinya akan terpusat pada pemeliharaan jasmani bayinya, khususnya pada kegiatan menyusui. Pada saat tersebut, dorongan untuk mempertahankan unitas dengan bayinya ternyata sangat kuat, dan usaha untuk melindungi bayinya mencapai titik kulminasi. Sebab ketidakberdayaan anaknya justru mengundang satu appel terhadap ibunya, dan memperkuat unitas ibu anak selama periode menyusui ini.
Tugas selanjutnya dari ibu ialah : mendidik anaknya. Sebab di samping pemeliharaan fisik, kini ia harus melibatkan diri dalam menjamin kesejahteraan psikis anaknya, agar anak mampu mengendalikan instink-instinknya, untuk bisa menjadi manusia beradab. Sebab, jika si anak terlalu dibiarkan lepas bebas serta dikuasai oleh dorongan-dorongan instinktifnya yang primitif, maka ia bisa menjadi liar, tidak terkendali, dan tidak disiplin.
Sekarang dapat dimengerti, bahwa segala macam kesulitan pada pribadi anak itu pada hakekatnya bersumber pada kesulitan orangtuanya, khususnya kesulitan ibunya. Sehubungan hal ini, wawasan jernih mengenai proses-proses psikologis dari ibu-ibu muda itu menjadi bagian paling penting dalam pedagogik (ilmu mendidik) modern pada zaman sekarang. Sebabnya ialah ibu-ibu itu mempunyai relasi dan pengaruh langsung kepada anaknya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Butuh banget masukan dan komentar yg membangun, trims yaaa... :)