Akhirnya ketemu juga file resensi bukuku yang pertama jaman SMA nih, jadi aku posting aja.
Judul
Buku : “RYAN; Kisah Seorang
Psikopat yang Menjadi Pembunuh Berantai”
Penulis
Buku : Bonafacio Anggara
Penyunting : D.Danny H. Simanjuntak
Tahun
: September, 2008
(cetakan pertama)
Penerbit : NARASI, Yogyakarta.
Tebal
Buku : viii+96hlm:13x19 cm
Harga : Rp. 18.000,-
Pernahkah anda
menonton film “Scream” yang menceritakan tentang pembunuhan berantai,
berkostumkan topeng dan jubah hitam yang didukung alat membunuh yaitu pisau
tajam bergerigi. Tentu saat anda takut melihat film tersebut, ditambah adegan
proses pembunuhan begitu keji yang dilakukan oleh pembunuh terhadap korban yang
“beruntung” itu.
Atau pernahkah anda melihat film “The
Bone Collector” (Pengkoleksi Tulang)? Film tersebut tak kalah menyeramkan
hingga dapat membuat trauma tersendiri dan atau meningkatkan kecemasan bagi
penontonnya. Film itu mengisahkan tentang seorang polisi wanita yang ditugaskan
menyelidiki kasus pembunuhan berantai oleh pria misterius yang berganti kedok
setiap selesai memuaskan nafsu “liar” membunuhnya itu.
Kisah itu sangatlah unik dan kreatif,
dimana pembunuh terinspirasi dan termotivasi novel berjudul sama dengan
filmnya, sehingga pembunuh dalam film tersebut merealisasikan obsesinya yaitu
mencari korban sesuka hatinya untuk dibunuh. Sebelum dibunuh, korban disiksa
terlebih dahulu, setelah tewas, pembunuh mencongkel sebagian tulang pada bagian
tertentu tubuh korbannya, dan membuat petunjuk baru diperuntukkan bagi polisi
guna pembunuhan berikutnya.
Boleh saja kita bergidik ngeri melihat
film produksi Hollywood seperti di atas atau mungkin produksi dalam negeri
sendiri, dan masih banyak lagi film thriller bermuatan kisah pembunuhan
berantai yang diidentikkan dengan tokoh utama seorang psikopat. Tak usah
repot-repot menonton film itu, karena di bumi nusantara yang mengagungkan nilai
dan norma ketimuran tak luput muncul
kisah pembunuhan berantai seperti di adegan-adegan film horor. Film dalam dunia
nyata ini diperankan oleh Ryan, seorang “Pangeran Maut” dari Desa Maijo,
Jombang.
Tak pelak jika bulan Juli lalu,
kepolisian dan masyarakat Indonesia digemparkan dengan kasus pembunuhan
berantai terhadap sebelas korban yang dilakukan oleh Ryan, yang diduga adalah
seorang gay yang merantau ke Jakarta. Saking fenomenalnya kasus Ryan ini, sehingga
menggugah kehendak Bonafacio Anggara untuk menulis buku yang membahas tentang
Ryan.
Akhirnya, meluncurlah buku yang
ditulis oleh Bonafacio Anggara berjudul
“RYAN;Kisah Seorang Psikopat yang Menjadi Pembunuh Berantai” ke
pasaran, membuat Ryan semakin tenar akan gelar yang dititahkan padanya “Si
Jagal Maijo”.
Ketika membuka buku ini, pada bab
pertama kita akan disuguhi bahasan awal
terkuaknya kisah sadis si Ryan. Berawal dari penemuan tujuh potongan jasad
tubuh manusia di sekitar Jalan Raya Kebagusan, Ragunan, Jakarta Selatan yang
menggemparkan warga, pada tanggal 12 Juli 2008 pukul 08.00 WIB. Jasad yang
ditemukan itu sangat mengenaskan, terdapat luka sayatan di sekujur tubuh
sehingga sulit dikenali.
Selama proses penyelidikan terus berkembang,
tak sia-sia kepolisian Polda Metro Jaya memeras otak, perlahan menemui titik
terang. Diketahui jasad itu ialah Heri Santoso, pria berumur 40 tahun yang
bekerja sebagai karyawan pemasaran pada perusahaan baja di Cikarang, Bekasi.
Dari keterangan saksi, Victor, seorang dokter spesialis kandungan yang diduga
kenal dekat dengan pembunuh. Ia menyebutkan nama Noval¾sebagian media massa menyebut Novel.
Novel tercatat sebagai pegawai golongan IIA Kantor Imigrasi Depok, Jawa Barat.
Keberuntungan memihak pihak berwajib. Kepolisian mengantongi sebuah nama indah
pada daftar target operasi, Veri Idham Henyansyah atau lebih dikenal sebagai
Ryan.
Tak menunggu waktu lama, Ryan segera
digelandang ke Polda Metro Jaya. Demi kepentingan pemeriksaan, Novel dan Victor
pun turut digelandang mengikuti Ryan. Setelah melakukan interogasi terhadap
ketiganya, polisi tetap menahan Ryan dan Novel, sedangkan Victor dibebaskan
karena berdasarkan penyidikan dirinya murni dianggap sebagai saksi atas kasus
terkait.
Meski bukan pekerjaan yang mudah,
polisi terus mengembangkan dugaan dan penyidikan. Namun, akhirnya Ryan mengakui
bahwa yang membunuh Heri. Motif Ryan membunuh Heri yaitu cemburu dan merasa
terhina. sebelum pembunuhan, ketika Ryan dan Heri bertemu di apartemen milik
Novel di Margonda, setelah mereka berdua melakukan nafsu birahinya, Heri
melihat foto Novel dan merasa tertarik, lalu ia menawar harga Novel pada Ryan.
Seketika Ryan tersinggung dan amarah Ryan memuncak. Dan akhirnya, Heri meregang
nyawa di pisau dapur milik Ryan.
Selama proses penyidikan, Ryan selalu
memberikan keterangan berubah-ubah, akibatnya sempat membuat polisi
kebingungan. Terlebih Ryan sering berubah-ubah ekspresi yang hampir mengecoh
polisi. Semakin polisi dibuat penasaran, semakin giat mengejar Ryan dengan
pertanyaan, interogasi terus dilakukan secara bertubi-tubi.
Buku ini memang mungil, namun desain
menantang dilihat dari cover berwarna merah dan bertuliskan nama pembunuh
“Ryan” dengan huruf besar berwarna gradasi putih dan hitam sehingga mudah menarik perhatian bagi
pengunjung toko buku. Terlebih di cover buku ini ada serangkaian kalimat yang
diadopsi dari salah satu media massa yaitu “Sebenarnya yang membunuh bukan
aku. Keluargaku yang membunuh mereka. Mereka tidak suka dengan kehidupanku.
Mereka membunuh setiap pria yang dekat denganku”. Unik bukan? Lalu, apa
maksud sebenarnya dari pernyataan Ryan itu? Jawabannya ada dalam buku Bonafacio
Anggara ini.
Cover buku yang menantang merupakan
pendukung dari isi buku ini. Tak diragukan lagi, ukuran buku bukanlah
standarisasi utama dalam memilih buku berbobot. Berbobot dalam artian isi dan
makna tulisan bukan berat dan besar dari buku itu. Isi dan makna terkandung dalam buku ini juga
bisa diperhitungkan. Karena, penulis pandai mengolah kata sehingga mudah
dipahami oleh pembaca dari segala elemen masyarakat. Selain itu, penulis
mendapatkan sumber data sekunder dari media massa yang “setia” mengikuti
perkembangan penyelidikan kasus Ryan.
Ada kejutan kecil pada akhir buku ini
ialah petikan syair karya besar seorang penyair legendaris,Ronggowarsito, yang
termuat dalam Kitab Kalatida. Dan, interpretasi B.Anggara pada syair
itu. Foto-foto proses penyidikan hasil repro dari media massa juga menghiasi
setiap halaman buku ini.
Kasus Ryan boleh dikata masih segar untuk
diperbincangkan. Dengan adanya buku ini, mungkin penulis bertujuan untuk
membagi kisah dramatis dari sosok Ryan bagi khalayak. Tak hanya berharap
khalayak turut prihatin atau pun geram kepada tindak kriminal yang dilakukan
Ryan, tetapi juga guna memberi pelajaran bagi masyarakat agar tak ada Ryan
kedua di negeri ini, bahkan dunia.
Dari latar belakang kehidupan Ryan
yang memprihatinkan, dapat diambil hikmahnya bagi orangtua agar mengubah pola
asuh yang benar pada anak dan menjadi teladan yang baik bagi anak. Kemudian,
masyarakat diharapkan tidakmengucilkan suatu keluarga bermasalah untuk
menciptakan kehidupan bertetangga yang sehat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Butuh banget masukan dan komentar yg membangun, trims yaaa... :)