About Andda

Foto saya
Surabaya, East Java, Indonesia
I'm an ordinary female with great passion. I'm psychologist wannabe soon, and also stars, shoes, travelling, rainbow-lovers... Just send me via email, tell ur problems, n' i'll help u, inshaallah. :) I'm chocomilk, dragonfruit n' yoghurt lovers, gadget freak, n' books lover.
Free Music Online
Free Music Online

free music at divine-music.info

Minggu, 03 Maret 2013

Resensi Buku : DI BALIK KETENARAN SI JAGAL MAIJO

Akhirnya ketemu juga file resensi bukuku yang pertama jaman SMA nih, jadi aku posting aja.

Judul Buku          : “RYAN; Kisah Seorang Psikopat yang Menjadi Pembunuh Berantai
Penulis Buku      : Bonafacio Anggara
Penyunting          : D.Danny H. Simanjuntak
Tahun                   : September, 2008 (cetakan pertama)
Penerbit                : NARASI, Yogyakarta.
Tebal Buku          : viii+96hlm:13x19 cm
Harga                    : Rp. 18.000,-

Pernahkah anda menonton film “Scream” yang menceritakan tentang pembunuhan berantai, berkostumkan topeng dan jubah hitam yang didukung alat membunuh yaitu pisau tajam bergerigi. Tentu saat anda takut melihat film tersebut, ditambah adegan proses pembunuhan begitu keji yang dilakukan oleh pembunuh terhadap korban yang “beruntung” itu. 

Atau pernahkah anda melihat film “The Bone Collector” (Pengkoleksi Tulang)? Film tersebut tak kalah menyeramkan hingga dapat membuat trauma tersendiri dan atau meningkatkan kecemasan bagi penontonnya. Film itu mengisahkan tentang seorang polisi wanita yang ditugaskan menyelidiki kasus pembunuhan berantai oleh pria misterius yang berganti kedok setiap selesai memuaskan nafsu “liar” membunuhnya itu.

Kisah itu sangatlah unik dan kreatif, dimana pembunuh terinspirasi dan termotivasi novel berjudul sama dengan filmnya, sehingga pembunuh dalam film tersebut merealisasikan obsesinya yaitu mencari korban sesuka hatinya untuk dibunuh. Sebelum dibunuh, korban disiksa terlebih dahulu, setelah tewas, pembunuh mencongkel sebagian tulang pada bagian tertentu tubuh korbannya, dan membuat petunjuk baru diperuntukkan bagi polisi guna pembunuhan berikutnya.

Boleh saja kita bergidik ngeri melihat film produksi Hollywood seperti di atas atau mungkin produksi dalam negeri sendiri, dan masih banyak lagi film thriller bermuatan kisah pembunuhan berantai yang diidentikkan dengan tokoh utama seorang psikopat. Tak usah repot-repot menonton film itu, karena di bumi nusantara yang mengagungkan nilai dan norma ketimuran tak luput  muncul kisah pembunuhan berantai seperti di adegan-adegan film horor. Film dalam dunia nyata ini diperankan oleh Ryan, seorang “Pangeran Maut” dari Desa Maijo, Jombang.

Tak pelak jika bulan Juli lalu, kepolisian dan masyarakat Indonesia digemparkan dengan kasus pembunuhan berantai terhadap sebelas korban yang dilakukan oleh Ryan, yang diduga adalah seorang gay yang merantau ke Jakarta. Saking fenomenalnya kasus Ryan ini, sehingga menggugah kehendak Bonafacio Anggara untuk menulis buku yang membahas tentang Ryan.

Akhirnya, meluncurlah buku yang ditulis oleh Bonafacio Anggara berjudul  “RYAN;Kisah Seorang Psikopat yang Menjadi Pembunuh Berantai” ke pasaran, membuat Ryan semakin tenar akan gelar yang dititahkan padanya “Si Jagal Maijo”.

Ketika membuka buku ini, pada bab pertama kita akan disuguhi  bahasan awal terkuaknya kisah sadis si Ryan. Berawal dari penemuan tujuh potongan jasad tubuh manusia di sekitar Jalan Raya Kebagusan, Ragunan, Jakarta Selatan yang menggemparkan warga, pada tanggal 12 Juli 2008 pukul 08.00 WIB. Jasad yang ditemukan itu sangat mengenaskan, terdapat luka sayatan di sekujur tubuh sehingga sulit dikenali.

Selama proses penyelidikan terus berkembang, tak sia-sia kepolisian Polda Metro Jaya memeras otak, perlahan menemui titik terang. Diketahui jasad itu ialah Heri Santoso, pria berumur 40 tahun yang bekerja sebagai karyawan pemasaran pada perusahaan baja di Cikarang, Bekasi. Dari keterangan saksi, Victor, seorang dokter spesialis kandungan yang diduga kenal dekat dengan pembunuh. Ia menyebutkan nama Noval¾sebagian media massa menyebut Novel. Novel tercatat sebagai pegawai golongan IIA Kantor Imigrasi Depok, Jawa Barat. Keberuntungan memihak pihak berwajib. Kepolisian mengantongi sebuah nama indah pada daftar target operasi, Veri Idham Henyansyah atau lebih dikenal sebagai Ryan.

Tak menunggu waktu lama, Ryan segera digelandang ke Polda Metro Jaya. Demi kepentingan pemeriksaan, Novel dan Victor pun turut digelandang mengikuti Ryan. Setelah melakukan interogasi terhadap ketiganya, polisi tetap menahan Ryan dan Novel, sedangkan Victor dibebaskan karena berdasarkan penyidikan dirinya murni dianggap sebagai saksi atas kasus terkait.

Meski bukan pekerjaan yang mudah, polisi terus mengembangkan dugaan dan penyidikan. Namun, akhirnya Ryan mengakui bahwa yang membunuh Heri. Motif Ryan membunuh Heri yaitu cemburu dan merasa terhina. sebelum pembunuhan, ketika Ryan dan Heri bertemu di apartemen milik Novel di Margonda, setelah mereka berdua melakukan nafsu birahinya, Heri melihat foto Novel dan merasa tertarik, lalu ia menawar harga Novel pada Ryan. Seketika Ryan tersinggung dan amarah Ryan memuncak. Dan akhirnya, Heri meregang nyawa di pisau dapur milik Ryan.

Selama proses penyidikan, Ryan selalu memberikan keterangan berubah-ubah, akibatnya sempat membuat polisi kebingungan. Terlebih Ryan sering berubah-ubah ekspresi yang hampir mengecoh polisi. Semakin polisi dibuat penasaran, semakin giat mengejar Ryan dengan pertanyaan, interogasi terus dilakukan secara bertubi-tubi.

Buku ini memang mungil, namun desain menantang dilihat dari cover berwarna merah dan bertuliskan nama pembunuh “Ryan” dengan huruf besar berwarna gradasi putih dan hitam  sehingga mudah menarik perhatian bagi pengunjung toko buku. Terlebih di cover buku ini ada serangkaian kalimat yang diadopsi dari salah satu media massa yaitu “Sebenarnya yang membunuh bukan aku. Keluargaku yang membunuh mereka. Mereka tidak suka dengan kehidupanku. Mereka membunuh setiap pria yang dekat denganku”. Unik bukan? Lalu, apa maksud sebenarnya dari pernyataan Ryan itu? Jawabannya ada dalam buku Bonafacio Anggara ini.

Cover buku yang menantang merupakan pendukung dari isi buku ini. Tak diragukan lagi, ukuran buku bukanlah standarisasi utama dalam memilih buku berbobot. Berbobot dalam artian isi dan makna tulisan bukan berat dan besar dari buku itu.  Isi dan makna terkandung dalam buku ini juga bisa diperhitungkan. Karena, penulis pandai mengolah kata sehingga mudah dipahami oleh pembaca dari segala elemen masyarakat. Selain itu, penulis mendapatkan sumber data sekunder dari media massa yang “setia” mengikuti perkembangan penyelidikan kasus Ryan.

Ada kejutan kecil pada akhir buku ini ialah petikan syair karya besar seorang penyair legendaris,Ronggowarsito, yang termuat dalam Kitab Kalatida. Dan, interpretasi B.Anggara pada syair itu. Foto-foto proses penyidikan hasil repro dari media massa juga menghiasi setiap halaman buku ini.

 Kasus Ryan boleh dikata masih segar untuk diperbincangkan. Dengan adanya buku ini, mungkin penulis bertujuan untuk membagi kisah dramatis dari sosok Ryan bagi khalayak. Tak hanya berharap khalayak turut prihatin atau pun geram kepada tindak kriminal yang dilakukan Ryan, tetapi juga guna memberi pelajaran bagi masyarakat agar tak ada Ryan kedua di negeri ini, bahkan dunia.

Dari latar belakang kehidupan Ryan yang memprihatinkan, dapat diambil hikmahnya bagi orangtua agar mengubah pola asuh yang benar pada anak dan menjadi teladan yang baik bagi anak. Kemudian, masyarakat diharapkan tidakmengucilkan suatu keluarga bermasalah untuk menciptakan kehidupan bertetangga yang sehat.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Butuh banget masukan dan komentar yg membangun, trims yaaa... :)